Minggu, 21 Februari 2021

Pembelajaran (7) Pertemuan 3 : Manfaat meditasi pernapasan

Pembelajaran 7

Pertemuan 3 : Manfaat meditasi pernapasan

Melatih  meditasi pernapasan ini sesungguhnya mengarahkan perhatian kita ke dalam diri kita sendiri, sehingga kita akan lebih mengenal diri kita sendiri baik kelebihan maupun kekurangannya. Dengan mengenal proses pikiran yang ada dalam diri sendiri, maka kitapun akan lebih memahami sesama kita, akan menjadi lebih toleran dan tidak cepat tersinggung.

a.   Tujuan Pembelajaran

Setelah mempelajari materi “Manfaat meditasi pernapasan” diharapkan peserta didik dapat:

  1. Mengetahui sejak kapan Pangeran Siddharta melatih meditasi pernapasan
  2. Mengetahui capaian meditasi yang diperoleh Pangeran Siddharta pada saat itu
  3. Mempraktekkan meditasi dengan objek pernapasan

b.   Masa Kecil Pangeran Siddharta

Pada masa kecilnya Pangeran Siddharta telah melakukan meditasi. awal mulainya dilakukan ketika beliau bermeditasi di bawah pohon jambu. Meditasinya dilakukan dengan cara sederhana tetapi hasilnya, Pangeran Siddharta dapat mencapai ketenangan batin yang pertama (jhana). Kemudian sebelum dan menjelang pencapaian penerangan sempurna, Pertapa Gotama melakukan meditasi Anapanasati, yaitu meditasi dengan menggunakan objek keluar masuknya napas. Sehingga pada saat meditasi, Pertama Gotama dapat mengabaikan gangguan yang muncul. Dan akhirnya mencapai penerangan sempurna.

c.   Manfaat Meditasi

  1. Memudahkan berkonsentrasi
  2. Memberikan ketenangan
  3. Lebih mengenal diri kita sendiri dan sesama kita
  4. Lebih mudah mengendalikan emosi atau kemarahan
  5. Menjadi lebih sehat

d.   Kesimpulan

  1. Pangeran Siddharta berlatih meditasi sejak kecil. Saat itu, Pangeran Siddharta bermeditasi di bahwah pohon jambu, pada saat perayaan membajak sawah.
  2. Hasil meditasinya adalah mencapai ketenangan batin yang pertama (jhana)
  3. Beberapa manfaat meditasi adalah memudahkan berkonsentrasi, memberikan ketenangan, lebih mengenal diri kita sendiri dansesama kita, lebih mudah mengendalikan emosi atau kemarahan, menjadi lebih sehat.

e.   Latihan soal

  1. Sejak kapan Pangeran Siddharta berlatih meditasi?Pangeran Siddharta berlatih meditasi sejak kecil. Saat itu, Pangeran Siddharta bermeditasi di bahwah pohon jambu, pada saat perayaan membajak sawah.
  2. Apakah hasil meditasi yang dilakukan Pangeran Siddharta di bawah pohon jambu, saat perayaan membajak sawah?
  3. Tuliskan 3 manfaat bagi orang yang sering melakukan meditasi!
  4. Jelaskan bahwa sifat marah bisa dikendalikan oleh meditasi pernapasan!
  5. Apakah manfaat meditasi pernapasan bagi kesehatan?

selamat belajar, semoga Ananda semua mendapat berkah melimpah. semoga semua makhluk hidup berbahagia, semoga anda sejahtera, tercapai semua cita-citanya.

Pembelajaran (7) Pertemuan 2 : berlatih meditasi pernapasan

Pembelajaran 7

Pertemuan 2 : berlatih meditasi pernapasan

a.     Perayaan membajak sawah

Cerita Masa Kecil Pangeran Siddarta dan Perayaan Membajak Sawah. Tiba waktunya bagi Kerajaan Kapilavasthu mengadakan Perayaan Membajak Sawah. Raja Suddhodana mengajak Siddharta ke perayaan itu. Pada saat perayaan berlangsung meriah para pengasuh turut menyaksikannya dan tanpa sadar mereka meninggalkan Pangeran Siddharta sendirian di bawah pohon jambu. Pangeran Siddharta duduk bersila di bawah pohon jambu. Ia bermeditasi dengan objek pernapas

 

b.     Kisah latihan meditasi pernapasan

 

c.     Kesimpulan

1)   Sudah sedari kecil, pangeran Siddharta sering melakukan meditasi pernapasan. Pada saat itu, diacara perayaan membajak sawah pangeran Siddharta mampu mencapai jhana. Dan tidak terganggu oleh siapapun yang hadir mendekatinya.

2)   Karena meditasi dengan objek napas, berarti kita langsung memperhatikan keluar masuknya napas yang ada di dalam diri kita.

3)   Yang dinasehatkan Buddha kepada rahula tentang meditasi pernapasan adalah memperhatikan keluar masuknya napas dan empat unsur utama badan jasmani yaitu unsur padat, air, panas, dan udara

4)   Cara melaksanakan latihan meditasi pernapasan adalah dengan cara memperhatikan keluar masuknya napas. Napas masuk dan napas keluar dengan seksama

5)   Dalam meditasi pernafasan, napasmu menjadi objek fokusmu. Ketika kamu menarik napas, hitung napas pertama sebagai "satu." Nafas kedua adalah dua, dan seterusnya sampai kamu mencapai sepuluh. Kemudian kamu mulai lagi dari satu. Hitung diam-diam untuk diri sendiri, dan jika kamu kehilangan hitungan, mulai saja dari satu

 

d.     Latihan soal

1)   Sejak kapankah Siddharta melatih meditasi pernapasan?

2)   Mengapa meditasi pernapasan dianggap sebagai meditasi yang paling mudah dilakukan?

3)   Apakah yang dinasehatkan Buddha kepada Rahula tentang meditasi pernapasan?

4)   Jelaskan cara melaksanakan meditasi pernapasan!

5)   Bagaimana cara menghitung pada latihan meditasi pernapasan? Jelaskan!

Pembelajaran (7) Pertemuan 1 : pentingnya bernapas bagi kehidupan

Pembelajaran 7

Pertemuan 1 : pentingnya bernapas bagi kehidupan

a.     Pentingnya bernapas

Bagaimana cara latihan bernafas?

1)     Cara melakukannya:

2)     Pertama-tama, berdirilah tegak dengan mata tertutup, lalu tarik napas dalam-dalam.

3)     Saat menarik napas, hitung angka 1 dalam hati.

4)     Tahan napas selama beberapa detik, lalu embuskan napas.

5)     Tarik napas lagi sambil menghitung angka 2 dalam hati.

6)     Tahan napas selama beberapa detik, kemudian embuskan napas.

b.     Kehidupan hanya satu tarikan napas

Kehidupan kita hanya satu tarikan napas. Jika kita menarik napas dan tidak dihembuskan keluar lagi, maka kita akan meninggal.

Kehidupan kita hanya satu tarikan napas. Jika kita menghembuskan napas, dan tidak masuk kembali maka kita akan meninggal.

c.     14 latihan hidup berkesadaran

1)     Latihan Sadar Penuh Pertama: Keterbukaan

2)     Latihan Sadar Penuh Kedua: Tidak Melekat Pada Pandangan

3)     Latihan Sadar Penuh Ketiga: Kebebasan Berpikir

4)     Latihan Sadar Penuh Keempat: Menyadari Penderitaan

5)     Latihan Sadar Penuh Kelima : Hidup Sehat dan Berwelas Asih

6)     Latihan Sadar Penuh Keenam: Meredakan Kemarahan

7)     Latihan Sadar Penuh Ketujuh: Bersemayam Dalam Kekinian Dengan Bahagia

8)     Latihan Sadar Penuh Kedelapan: Komunitas dan Komunikasi Sejati

9)     Latihan Sadar Penuh Kesembilan: Berbicara Sesuai Kenyataan dan Bahasa Kasih

10)  Latihan Sadar Penuh Kesepuluh: Melindungi dan Menutrisi komunitas

11)  Latihan Sadar Penuh Kesebelas: Mata Pencaharian Tepat

12)  Latihan Sadar Penuh Keduabelas: Menjunjung Tinggi Kehidupan

13)  Latihan Sadar Penuh Ketigabelas: Kedermawanan

14)  Latihan Sadar Penuh Keempatbelas: Perilaku Lurus

d.     Cara menjaga kesehatan pernapasan

Berenang

Senam pernapasan

e.     Bernapas dengan penuh kesadaran

Meditasi

Latihan hidup berkesadaran

Yoga dsj.

f.      Kesimpulan

1)     semua makhluk akan berbahagia memiliki napas, jika mereka bisa menyadari sepenuhnya bahwa bernapas itu sangat penting dan perlu untuk di amati dengan penuh kesadaran. Hal ini akan menimbulkan kebahagiaan bagi semua makhluk yang bernapas.

2)     Memiliki kesadaran penuh terhadap pernapasan akan dapat membuat kita menghargai kehidupan dan hidup lebih bermakna

3)     Bernapas kurang diperhatikan dikarenakan kita tidak memiliki kesadaran yang penuh terhadap napas itu sendiri. Kurangnya latihan hidup berkesadaran membuat kita kurang memperhatikan napas.

4)     Cara mensyukuri memiliki napas adalah dengan latihan hidup berkesadaran dan memperhatikan napas masuk dan napas keluar dalam setiap kegiatan kita. Jika hal ini sering dilakukan kita akan memiliki pernapasan yang sehat.

5)     Cara menjaga kesehatan napas salah satunya adalah menjaga pola hidup sehat, tidak merokok, sering melatih meditasi pernapasan, selalu menghirup udara yang segar (bukan polusi), tinggal ditempat yang sejuk di daerah pegunungan dll.

6)     Pentingnya melatih hidup berkesadaran dengan cara sering berlatih meditasi disela-sela kesibukan belajar dan bekerja membantu orang tua

g.      Latihan soal

1)   Jelaskan bahwa semua makhluk akan berbahagia dengan memiliki napas!

2)   Mengapa bernapas bisa kurang diperhatikan?

3)   Bagaimana cara mensyukuri memiliki pernappasan yang sehat?

4)   Bagaimana cara menjaga kesehatan napas?

Sejarah Perkembangan Agama Buddha

Sejarah Perkembangan Agama Buddha

(alasan kemunculan, riwayat, dan makna peristiwa sejarah kehidupan Buddha)

(untuk materi kuliah pertemuan 1)

 

 

Sub capaian Pembelajaran Mata Kegiatan

Sub capaian pembelajaran yang diharapkan dicapai oleh mahasiswa adalah mampu:

1.   menganalisis alasan kemunculan Buddha,

2.   menelaah riwayat kehidupan 24 Buddha dan Buddha Gotama, dan

3.   mengaitkan makna peristiwa sejarah kehidupan Buddha dengan kehidupan manusia.

 

1. Alasan kemunculan Buddha

Saudara, Anda tentu sudah mengetahui bagaimana kemunculan seorang Buddha sejak masa kehidupan bodhisatva hingga Buddha Gotama. Sangat jarang munculnya seorang Buddha di dunia ini. Kemunculan seorang Buddha diawali melalui perjalanan panjang sebagai bodhisatva. 

Empat kurun waktu yang tak terhingga (asakhyeyya kappa) dan seratus ribu kurun waktu yang sangat lama (kappa) yang telah silam. Pada masa kehidupan Buddha Dīpakarā, Sumedhā merupakan seorang pemuda yang bijaksana putra dari keluarga brahmana. Ketika kedua orangtuanya meninggal dunia saat Sumedhā masih muda, ia mendanakan semua harta keluarganya. Sumedhā merenungkan bahwa “Sungguh menyedihkan kelahiran sebagai makhluk hidup, demikian pula kehancuran dari badan jasmani, sungguh menyedihkan mati dalam tekanan kebodohan dan di bawah kekuasaan usia tua.” Dengan perenungan itu ia ingin mencari jalan kebebasan dari penderitaan. Kemudian Sumedhā memutuskan untuk menempuh hidup menjadi petapa. Dengan melakukan petapaan secara sungguh-sungguh, petapa Sumedhā mencapai delapan pencapaian (Jhāna) dan lima kekuatan batin tinggi (Abhinna).

Pada saat bertemu dengan Buddha Dīpakarā, Sumedhā sangat kagum kepada-Nya. Buddha Dīpakara yang terkaruniai tiga puluh dua tanda Makhluk Agung (Mahāpurisa lakkhana) dan delapan puluh tanda kecil lainnya. Ia menyaksikan pribadi Buddha di puncak keagungan-Nya, tubuh-Nya cemerlang bagaikan emas, dengan kilauan aura dan enam cahaya terpancar dari tubuh-Nya. Oleh karena itu ia bertekad untuk melakukan kebajikan kepada-Nya agar mendapatkan kesejahteraan dan kebahagiaan dalam jangka waktu yang lama. Dengan kekaguman kepada Buddha Dīpakarā, petapa Sumedhā muncul keinginan untuk menjadi Buddha di masa mendatang. Petapa Sumedhā akan berusaha mencapai Kebuddhaan dan membebaskan semua makhluk termasuk para dewa dari lingkaran kelahiran yang merupakan lautan penderitaan. Saudara, dari uraian ini dapat disimpulkan apa yang menjadi alasan munculnya seorang Buddha. 

Dengan kemampuan batin-Nya, Buddha Dīpakarā dapat melihat kualitas batin petapa Sumedhā. Terdapat delapan syarat untuk dapat menjadi bodhisatva, Buddha Dīpakarā dapat melihat delapan syarat tersebut pada diri Sumedhā. Oleh karena itu ia menyatakan bahwa setelah empat asakhyeyya dan seratus ribu kappa sejak saat ini, Sumedhā akan menjadi seorang Sammasambuddha di masa mendatang bernama Buddha Gotama.

Petapa Sumedhā mengetahui bahwa Kesempurnaan (Pārami) yang berperan dalam mendapatkan pengetahuan mengenai Jalan dan Buahnya, Kebuddhaan, harus dipenuhi oleh para Bodhisatva. Sejak saat itu, Bodhisatva Sumedhā memenuhi KesempurnaanKesempurnaan tersebut dalam berulang kali kelahirannya, demi kesejahteraan semua makhluk Bodhisatva dalam kehidupannya sebagai petapa Sumedhā telah mencapai tingkat-tingkat spiritual pada waktu bertemu dengan Buddha Dīpakarā sehingga ia dapat mencapai kebebasan (mencapai kesucian arahat) jika ia menginginkannya. Namun sebagai seorang manusia luar biasa yang memiliki welas asih yang tertinggi, ia rela mengalami banyak penderitaan dalam samsara selama jangka waktu yang sangat lama yaitu empat asakhyeyya dan seratus ribu kappa untuk memenuhi Kesempurnaan dengan tujuan untuk membebaskan makhluk-makhluk dari penderitaan. Boddhisatva terus-menerus berusaha memenuhi Kesempurnaan (Pārami).

2. Riwayat kehidupan 24 Buddha dan Buddha Gotama

Di masa lampau terdapat duapuluh empat Buddha yang berhubungan dengan bodhisatva calon Buddha Gotama. Keduapuluh empat Buddha tersebut bertemu dengan bodhisatva calon Buddha Gotama pada masanya masing-masing dan memberikan pernyataan bahwa bodhisatva tersebut akan menjadi Buddha di masa mendatang. Buddha pertama yang bertemu dengan bodhisatva adalah Buddha Dīpakarā, sedangkan yang terakhir adalah Buddha Kassapa. Setiap Buddha mempunyai beberapa aspek kesamaan dan perbedaan antara satu dengan lainnya. Siapakah keduapuluh empat Buddha tersebut? Bagaimanakah kisah lengkapnya? Bagaimanakah persamaan dan perbedaan diantara mereka? Bagaimanakah pertemuan para Buddha dengan bodhisatva? Pada saat bertemu Buddha, bagaimana bentuk kehidupan bodhisatva calon Buddha Gotama?

Saudara, lalu bagaimanakah hubungan bodhisatva calon Buddha Gotama dengan keduapuluh empat tersebut? Dalam masa Buddha masing-masing, bodhisatva calon Buddha

Gotama bertemu dengan tiap Buddha tersebut dan mendapatkan ramalan/ pernyataan bahwa Ia akan menjadi Buddha di masa mendatang. 

3. Hubungan riwayat kehidupan 24 Buddha dengan Buddha Gotama

a. Kemunculan Buddha Gotama

Setelah melewati kehidupan panjang sebagai bodhisatva, calon Buddha terlahir di alam Surga Tusita dengan usia yang sangat panjang. Untuk kemunculan seorang Buddha di dunia diperlukan kondisi yang sesuai. Dewa Santusita mampu melihat lima kondisi tersebut sudah ada di bumi. Saudara, apa sajakah kelima kondisi tersebut? Setelah lima kondisi terpenuhi, bodhisatva meninggal dari alam Tusita dan terlahir kembali sebagai Pangeran Siddharta.

Terlahir sebagai anak dari Raja Suddhodana dan Ratu Mahamaya di kerajaan suku Sakya. Bagaimanakah kehidupan Pangeran Siddharta di istana? Bagaimana kebijaksanaannya?

b. Bodhisatva Siddharta melihat empat pertanda kemudian meninggalkan keduniawian Setelah dewasa, kebijaksanaan itu mencapai puncaknya. Pada usia 28 tahun, pangeran Siddharta melihat empat pertanda yang merubah hidupnya. Pertanda berupa orang tua, orang sakit, dan orang meninggal, menyadarkannya bahwa kehidupan adalah dukkha. Bodhisatva Pangeran Siddharta yang berkeinginan untuk menjadi Buddha mengetahui dengan jelas melalui perenungan bahwa kelahiran (jāti) adalah penyebab utama dari proses ketuaan (jarā).

Ia merenungkan dengan samvega penembusan, “Oh, kelahiran adalah benar-benar menjijikkan. Siapa saja yang mengalami kelahiran, pasti mengalami ketuaan.” Setelah merenungkan demikian, Ia menjadi bersedih dan murung, muram, dan patah hati. Kesenangannya sebagai seorang pangeran tidak mampu mengubah kegelisahannya tentang kehidupan. Pertanda keempat berupa seorang petapa menginspirasi untuk meninggalkan keduniawian, menjadi petapa untuk mencari jawaban dari kegelisahannya tentang dukkha dalam kehidupan. 

Pada saat pesta perayaan kelahiran anak pertama yaitu Rahula, Ia merenungkan dan menyadari bahaya dari kelahiran, usia tua, sakit, dan kematian dan kenyataan bahwa objekobjek dan nafsu kenikmatan indria serta tiga alam kehidupan kāmā, rūpa, dan arūpa juga tidak membahagiakan dan tidak menyenangkan, lebih merupakan penderitaan, kesakitan, dan penuh cacat. Ia menjadi secara total melepaskan keterikatan dan kesenangan terhadap lima objek kenikmatan indria, kemudian mengungkapkan perasaan-Nya. Muncul keinginan kuat untuk melepaskan keduniawian dan menjadi petapa, dan berpikir, “Sekarang adalah waktunya bagi-Ku bahkan hari ini juga untuk pergi meninggalkan kehidupan rumah tangga.” Pada usia

29 tahun Pangeran melakukan pelepasang agung meninggalkan istana untuk menjadi petapa. Saudara, bagaimana Anda menanamkan karakter pangeran Siddharta dan meneladani sikap pengorbanan kepada peserta didik? 

c. Pertapaan keras sebagai upaya yang salah hinga menempuh jalan benar 

Dalam pencarian kebenaran, petapa Gotama belajar kepada guru dengan kemampuan batin tinggi. Pertama adalah Ālāra Kalama. Belajar dengan guru ini petapa Gotama mendapat pengetahuan tertinggi pencapaian Arupa Jhāna ketiga (Ākiñcaññāyatana/ kesadaran pada kekosongan tanpa batas). Tidak puas dengan pencapaian ini, kemudian Ia belajar kepada Udaka Ramaputta. Dengan guru ini, petapa Gotama mendapat pengetahuan tertinggi pencapaian Arupa Jhāna keempat/ tertinggi (Nevasaññāvāsaññāyatana / kesadaran bukan pencerapan pun bukan bukan pencerapan). Dengan pencapaian ini pun petapa Gotama tidak puas. Ia berpikir, jhāna-jhāna ini masih berada dalam lingkaran penderitaan, tidak dapat mengakhiri lingkaran penderitaan, tidak melenyapkan kotoran batin nafsu, tidak mampu mencapai pengetahuan mengenai Jalan untuk menembus Nibbāna. 

Setelah merasa tidak menemukan apa yang dicari, petapa Gotama mempraktikkan pertapaan keras menyiksa diri. Tekad untuk melakukan pertapaan keras, “Meskipun yang tersisa tinggal kulit, tinggal urat, tinggal tulang, meskipun daging dan darah-Ku menguap. Aku tidak akan berhenti dalam berusaha mencari pembebasan dari penderitaan”. Cara paling keras dalam pertapaan menyiksa diri ini adalah metode meditasi menahan nafas (Appāaka Jhāna) dan makan hanya segenggam nasi dalam sehari. Upaya ini tentu menyebabkan penderitaan besar. Kondisi terburuk akibat upaya penyiksaan diri yaitu bentuk tubuh menjadi sangat kurus dan lemah, tanda-tanda fisik manusia agung (Mahapursalakkhana) pudar. Namun demikian semangat petapa Gotama sangatlah besar, tidak berkurang sama sekali. Perhatian-Nya sangat jernih dan kokoh, tidak pernah sekalipun kehilangan perhatian-Nya. Tidak pernah terpikir sedikitpun untuk meninggalkan usaha pertapaannya dan kembali ke kehidupan duniawi. 

Dalam kondisi fisik lemah tersebut, petapa Gotama juga mendapat gangguan dari Māra makhluk jahat. Māra adalah dewa yang sangat sakti berasal dari alam Vasavati, yang memberontak dengan pengikutnya yang banyak terdiri dari dewa-dewa jahat, menyebabkan kekacauan bagi umat manusia, dewa, dan brahmā dalam melakukan kebajikan. Mara tidak ingin petapa Gotama mencapai penerangan sempurna. Terhadap gangguan ini petapa Gotama dapat mengatasinya. Petapa Gotama juga berhasil mengatasi sepuluh bala tentara, yang melambangkan kondisi batin dalam diri yang menjadi hambatan-hambatan yang dialami oleh seorang petapa yang ingin mencapai pencerahan atau kesucian batin. Saudara, apa saja kesepuluh bala tentara Mara tersebut? Apakah kita sebagai umat awam juga menghadapi bala tentara Mara? 

Upaya keras dengan menyiksa diri tidak menghasilkan apa-apa bahkan petapa Gotama pernah pingsan karena fisiknya sangat lemah. Petapa Gotama berhenti menempuh jalan salah ketika terinspirasi oleh syair wanita penari “Kalau dawai kecapi ditarik terlalu kendur, suara akan hilang, kalau dawai kecapi ditarik terlalu kencang, akan putus. Jika dawai tidak terlalu longgar dan tidak terlalu kencang, kecapi akan menghasilkan suara merdu”. Bodhisatva sungguh tergugah oleh syair tembang yang dilantunkan para gadis itu. Ia telah terlalu banyak menikmati kepuasan indrawi dengan segala kemewahannya selagi masih tinggal di istana dulu. Sebagaimana halnya dawai kecapi yang ditala terlalu longgar, demikian pula Pencerahan tak akan tercapai dengan pemanjaan diri. Ia juga telah menjalankan tapa sedemikian ketat hingga hampir mati. Sebagaimana halnya dawai kecapi yang ditala terlalu kencang, demikian pula Pencerahan tak dapat dicapai melalui penyiksaan diri. Demikianlah akhir dari jalan salah yang ditempuh oleh petapa Gotama. 

Petapa Gotama teringat semasa kecil mengembangkan ānāpāna bhāvanā (meditasi perhatian terhadap pernafasan) serta mencapai Rūpā jhāna tingkat pertama. Ia menyadari, “Inilah jalan menuju Pencerahan.” Kemudian ia menyadari bahwa fisik yang sehat diperlukan untuk melakukan meditasi tersebut. Sejak saat itu petapa Gotama tidak berpuasa lagi dan makan dengan normal hingga tubuhnya menjadi sehat kembali. Demikianlah awal dari jalan benar (jalan tengah) yang ditempuh petapa Gotama.

Hal penting untuk diperhatikan adalah kesalahan persepsi tentang cara penyiksaan diri yang dilakukan petapa Gotama. Bodhisatva petapa Gotama menjadi Buddha bukan karena dukkharacariya melainkan karena praktik Jalan Tengah (Majjhima Patipadā), dan telah memiliki kesempurnaan pārami, cāga, dan cariya. Penyiksaan diri adalah cara yang salah, kemudian petapa Gotama menempuh jalan benar dimulai ketika ia berhenti puasa dan melakukan meditasi vipassana. Saudara, bagaimana kita dapat mengambil nilai luar biasa yang terkandung dari kisah petapa Gotama menyiksa diri?  

d. Pencapaian Penerangan Sempurna 

Duduk di bawah pohon Bodhi, menghadap ke arah timur dengan pikiran terpusat, Bodhisatva berseru: ”Meskipun hanya kulit-Ku yang tersisa, meskipun hanya urat-Ku yang tersisa, meskipun hanya tulang-Ku yang tersisa, meskipun seluruh tubuh-Ku dan seluruh daging dan darah-Ku mengering, jika aku belum mencapai Kebuddhaan, Aku tidak akan mengubah postur-Ku dari duduk bersila seperti sekarang ini.” Ketika sudah mantap tekad-Nya, datang gangguan Mara. Kali ini Mara ingin membunuh petapa Gotama, datang bersama para prajuritnya. Menghadapi hal tersebut, Bodhisatva menunjukkan kesabaran terhadap semua serangan kejam yang dilancarkan Māra dan gerombolannya, Ia memandang Māra tanpa takut, namun dengan cinta kasih dan welas asih. Mara meluncurkan semua senjata panas yang bisa melumatkan barang apa saja, namun ketika mencapai sekitar pohon Bodhi (Bodhi Maṇḍala), semuanya berubah dan jatuh menjadi aneka ragam kembang surgawi. Bodhisatva membangkitkan kekuatan tanpa banding dari simpanan jasa spiritual tak terhingga yang berasal dari Pāramī-Nya. Demikianlah Bodhisatva Gotama mengalahkan Māra. 

Setelah mengatasi semua gangguan, petapa Gotama melanjutkan meditasi. Bodhisatva mencapai Tiga Pengetahuan Sempurna yaitu: 1) Pubbenivasanussati ñāna, yaitu pengetahuan mengenai  kehidupan-kehidupan lampau, 2) Dibbacakkhu ñāna (Mata-dewa) / Cutupapāta ñāna, yaitu kemampuan melihat muncul dan lenyapnya / kematian dan kelahiran makhlukmakhluk, dan 3) Āsavakkhaya ñāna, yaitu pengetahuan akan padamnya kekotoran batin. Bagaimanakah pencapaian Pubbenivasanussati ñāna, Dibbacakkhu ñāna, dan Āsavakkhaya ñāna? Bagaimana kesucian batin yang dicapainya? Apa saja pengetahuan yang dicapai dalam Penerangan Sempurna? Bagaimana kita dapat berkontribusi dalam mewariskan ajaran-Nya yang luar biasa kepada para siswa dari semua generasi?

 

e. Pemutaran Roda Dhamma (Dhammacakkappavattana) 

Pada usia 35 tahun, petapa Gotama mencapai cita-citanya, bodhisatva mencapai penerengan sempurna, menjadi Buddha. Buddha membabarkan khotbah pertama-Nya, Dhammacakkappavattana Sutta (Khotbah Mengenai Pemutaran Roda Dhamma) kepada lima petapa, yaitu Koṇḍañña Vappa, Bhaddiya, Mahānāma, dan Assaji. Dalam khotbah ini, Buddha menyatakan bahwa terdapat dua ekstrem, yaitu pemanjaan diri dan penyiksaan diri, yang harus dihindari oleh orang yang telah meninggalkan keduniawian. Ia menunjukkan latihan Jalan Tengah, yang terdiri dari delapan faktor, yaitu Jalan Mulia Berfaktor Delapan. Ia juga membabarkan Empat Kebenaran Mulia. Setelah pembabaran Dharma ini, kelima petapa memilik pandangan tanpa noda dan murni terhadap Dhamma dan mencapai tingkat kesucian pertama Sotāpatti. Kemudian kelima petapa ditahbiskan menjadi bhikkhu oleh Buddha sendiri (Ehi Bhikkhu Upasampada), Buddha berkata, “Mari, Bhikkhu! Dhamma telah dibabarkan dengan sempurna. Jalanilah hidup suci demi berakhirnya penderitaan secara penuh.” Dengan demikian terbentuk pertama kali pasamuan Sangha. Selanjutnya Buddha membabarkan Anattalakkhaa Sutta (Khotbah Mengenai Tiadanya Inti Diri), yang dibabarkan sebagai tanya– jawab antara Buddha dengan kelima siswa suci-Nya. Setelah mendengarkan pembabaran kotbah ini pikiran para siswa terbebas dari kotoran batin, tanpa kemelekatan; semua mencapai tingkat kesucian tertinggi Arahat. Pada saat pembabaran kedua sutta tersebut, para brahma dan dewa juga turut mendengarkan Dharma dan mencapai tingkat-tingkat kesucian. Maka dikatakan bahwa Buddha adalah Guru bagi para brahma, dewa, dan manusia. 

Saudara, bagaimanakah kita sebagai siswa mewujudkan rasa terima kasih atas dibabarkannya Dharma tersebut?

f. Para Utusan Dharma Pertama 

Setelah selesai mengantarkan kelima siswa pertama pada kesucian, Buddha bertemu Yasa, seorang putra dari keluarga kaya raya di Bārānasi. Pada akhirnnya Yasa mencapai kesucian Arahat dan ditahbiskan menjadi bhikkhu. Pada kesempatan berikutnya ayah Yasa, ibu Yasa, dan mantan istri Yasa menerima kotbah Ānupubbikathā dan Cattari Ariya Saccani sehingga mencapai kesucian Sotāpatti. Ayah Yasa akhirnya mengambil perlindungan kepada Buddha, Dhamma, dan Sangha, menjadi upasaka (siswa umat awam) pertama. Demikian halnya dengan ibu dan mantan istri Yasa menjadi para upasika pertama. 

Yasa beserta teman-temannya menjadi bhikkhu dan mencapai kesucian Arahat, sehingga pada saat itu sudah terdapat enam puluh satu arahat, terdiri dari Sang Buddha, lima siswa pertama, dan Yasa beserta teman-temannya. Dengan kondisi itu, Buddha mengutus para bhikkhu, “Pergilah, para Bhikkhu, demi kesejahteraan dan kebahagiaan banyak makhluk, atas dasar welas asih kepada dunia, demi kebaikan, kesejahteraan, dan kebahagiaan para dewa dan manusia. Janganlah pergi berdua dalam satu jalan! Babarkanlah Dhamma yang indah pada awalnya, indah pada pertengahannya, dan indah pada akhirnya, dalam makna maupun isinya. Serukanlah hidup suci, yang sungguh sempurna dan murni”. Pada perkembangannya ketika pengikut ajaran Buddha semakin banyak dan siswa yang ingin memasuki kebhikkhuan juga semakin banyak, kemudian Buddha mengijinkan para bhikhhu untuk menahbiskan seorang bhikkhu dengan metode Tisaranagamana upasampada, yaitu menyatakan berlindung kepada Buddha, Dharma, dan Sangha. 

Terdapat sepasang sahabat bernama Upatisa dan Kolita yang belajar kepada seorang guru bernama Sanjaya bersama 250 siswa lain. Suatu ketika Upatisa bertemu bhikkhu Assaji (salah satu  siswa pertama Buddha) dan mendapatkan pembabaran Dharma sehingga mencapai kesucian Sotāpatti. Kemudian Upatisa menyampaikan Dharma dari bhikkhu Assaji kepada Kolita, sehingga ia pun mencapai kesucian Sotāpatti. Upatisa dan Kolita bersama 250 siswa Sanjaya menemui Sang Buddha untuk memohon ditahbiskan menjadi bhikkhu. Upatisa ditahbiskan menjadi bhikkhu dengan gelar Sariputta, dan Kolita dengan gelar Mogggallana. 

Pada suatu malam purnama di bulan Magha terjadi pertemuan luar biasa. Pertemuan para siswa (Sannipàta) adalah peristiwa istimewa yang memiliki empat ciri. Pada pertemuan para siswa inilah, Sang Buddha menganugerahkan gelar Agga Sāvaka kepada dua Siswa Utama, Yang Mulia Sāriputta dan Yang Mulia Moggallāna. Sāriputta sebagai siswa utama dalam kebijaksanaan, dan Moggallāna siswa utama dalam kemampuan batin. Pada hari itu juga, Buddha membabarkan instruksi mengenai kewajiban para bhikkhu yaitu Ovāda Pātimokkha. Apa yang dilakukan oleh Sang Buddha tersebut adalah upaya untuk melestarikan Dharma, agar dapat tersebar luas dan bermanfaat bagi kebahagiaan semua makhluk. Ovāda Pātimokkha bertujuan agar para bhikkhu sebagai pewaris Dharma dapat menjaga ajaran dengan mempraktikkannya. 

 

g. Buddha guru para brahma, dewa, dan manusia

Sang Buddha dan para bhikkhu menyebarkan Dhamma kepada semua orang tanpa membedakan kasta, warna kulit, ras, ataupun jenis kelamin, jumlah siswa-Nya bertambah pesat. Banyak pangeran, putri, ratu, brahmin, saudagar, petani, ibu rumah tangga, kaum buangan, pelayan wanita, dan wanita penghibur sekalipun memasuki Persamuhan Bhikkhu dan Persamuhan Bhikkhunī. Banyak juga yang menjadi siswa-siswi awam yang berbakti. 

Raja Bimbisāra dari Magadha adalah raja pertama yang menjadi siswa Buddha, berbakti dan mencapai kesucian Sotāpatti. Raja Pasenadi dari Kosala juga menjadi siswa yang berbakti. Keduanya merupakan siswa berbakti yang menjadi penyokong utama Buddha dan Pasamuan siswa Bhikkhu, mendapat banyak pembabaran Dharma, dan berperan penting dalam penyebaran ajaran Buddha. 

Anāthapiṇḍika dan Visakha adalah umat awam kaya raya yang menjadi siswa Buddha yang berbakti sebagai penyokong Buddha dan para bhikkhu, keduanya mencapai tingkat kesucian batin. Siswa Buddha juga berasal dari orang biasa dan berkedudukan rendah, seperti petani Kasi Bhāradvāja, Sunīta pria pemulung, keduanya setelah mendapatkan Dharma dari Sang Buddha akhirnya mencapai kesucian arahat. Culapanthaka, seorang bhikkhu yang bodoh, tidak mampu mengingat, akhirnya mencapai kesucian tertinggi arahat. Agulimāla pembunuh sembilan ratus sembilan puluh orang, setelah mendengarkan Dharma dari Buddha, dapat mencapai kesucian tertinggi arahat. Ambapālī, wanita penghibur yang menjadi menjadi bhikkhunī dan mencapai kesucian Arahat.

Sang Buddha adalah guru para brahma, dewa, dan manusia. Brahmā Baka, penganut pandangan salah kekekalan, menjadi terkagum-kagum oleh Sang Buddha. Sang Buddha mengajarkan Dharma kepada para dewa, salah satu contohnya adalah pembabaran Mangala

Sutta.

Saudara, Sang Buddha menghadapi segala hambatan dengan kesabaran dan cinta kasih, dengan penuh keyakinan atas dasar kebenaran. Bagaimana Anda menumbuhkan sikap semacam ini kepada peserta didik?

h. Wanita diijinkan menjadi Bhikkhuni

Mahāpajāpatī Gotamī adalah pelopor terbentuknya Sangha Bhikkhunī. Dengan wafatnya Raja Suddhodana, Mahāpajāpatī merasa tugasnya sebagai seorang permaisuri selesai. Bersama 500 janda dari Kapilavastu, ia pergi menememui Buddha di Vesali untuk memohon ditahbiskan menjadi Bhikkhuni. Dengan bantuan permohonan oleh bhikkhu Ananda, Sang Buddha bersedia menahbiskan Mahāpajāpatī dengan syarat harus menerima Delapan Aturan Ketat (Aṭṭha Garudhammā). Mahāpajāpatī ditahbiskan sebagai bhikkhuni pertama, dilanjutkan dengan penahbisan 500 wanita lainnya. Yasodara istri Pangeran Siddharta juga ditahbiskan menjadi bhikkhuni bergelar Bhaddakaccānā. Sehingga terbentuklah pertama kali Sangha Bhikkhuni. Sang Buddha mengajar Bhikkhunī Mahāpajāpatī Gotamī hingga akhirnya mencapai kesucian Arahat. Kelimaratus wanita lainnya akhirnya juga mencapai Arahat setelah mendengarkan Nandakovāda Sutta. Di antara para siswi bhikkhunī, Mahāpajāpatī Gotamī adalah yang paling senior dan paling berpengalaman (rataññūna aggā). Sang Buddha juga menetapkan dua siswi bhikkhuni utama yaitu bhikkhuni Khemā sebagai siswi yang unggul dalam kebijaksanaan, dan  bhikkhuni Uppalavannā sebagai siswi yang unggul dalam kekuatan

batin. 

Saudara, Sang Buddha adalah seorang revolusioner dengan melakukan tindakan yang melawan tradisi yang ada pada saat itu. Derajat wanita yang lebih rendah dibandingkan pria menjadi terangkat dengan penahbisan menjadi bhikkhuni. Bagaimanakah umat Buddha mengaplikasikan persamaan gender pada masa kini?

i. Sang Buddha parinibbana

Sang Buddha membabarkan Dharma selama empat puluh lima tahun. Pada usia 80 tahun, Ia memutuskan untuk Parinibbana. Setelah Buddha parinibbana, para siswa tidak dapat lagi bersujud langsung kepada-Nya. Maka Sang Buddha memberikan pesan: tentang empat tempat yang layak diziarahi oleh umat yang penuh keyakinan dan yang akan menginspirasikan kebangkitan spiritual dalam diri mereka. Tempat-tempat itu meliputi: 1) Lumbinī, tempat kelahiran Tathāgata, 2) Buddha Gayā, tempat Tathāgata mencapai Pencerahan Sempurna, 3)

Taman Rusa di Isipatana dekat Bārāasī, tempat Tathāgata memutar roda Dhamma pertama kali, 4) Kusinārā, tempat Tathāgata mencapai Parinibbāna. Semua peziarah ini, jika mereka meninggal dengan hati yang penuh bakti, saat tubuhnya hancur setelah mati, akan terlahir kembali di alam bahagia, bahkan di alam surga. Sang Buddha memberikan pesan mengenai guru pengganti setelah Ia wafat, Dhamma dan Vinaya sebagai guru. Sang Buddha mengharapkan bahwa Sangha sebagai pewaris Dharma harus hidup rukun. 

Pada usia 80 tahun Sang Buddha wafat di Kusinara. Jasad diperabukan, menghasilkan relik yang kemudian dibagikan kepada delapan pihak yaitu kerajaan-kerajaan dan suku-suku di sekitar Kusinara. Mereka mendirikan sebuah stupa di tempat masing-masing untuk menyemayamkan relik Sang Buddha agar semua orang dapat memberikan penghormatan. 

 

 

Tugas :

1.     buatlah analisis alasan kemunculan Buddha!

2.     buatlah telaah riwayat kehidupan 24 Buddha dan Buddha Gotama!

3.     Kaitkan makna peristiwa sejarah kehidupan Buddha dengan kehidupan manusia!

 

NB: Jawaban benar-benar tulisan dan buah pikir sendiri berdasarkan pemahaman!