Selasa, 05 November 2013

BUDDHA DHARMA

BUDDHA DHARMA



TUGAS MATA KULIAH : POKOK – POKOK DASAR AGAMA BUDDHA
Dosen : Suwito, S.Ag., M.Pd.
STAB BODHI DHARMA

Disusun oleh :
KELOMPOK 2
1.      Bhadra Sudhiyanti / Juli
2.      Mila
3.      Ruslina









DAFTAR  ISI

Kata Pengantar……………………………………………………………………………………………………………………….          i
Daftar Isi…………………………………………………………………………………………………………………………………           iii
BUDDHA DHARMA                                                                                                                                                         
1.       Buddha………………………………………………………………………………………………………………………          1
1.1   Pengertian Buddha……………………………………………………………………………………………..          1
1.2   Sifat-sifat mulia Sang Buddha………………………………………………………………………………         1
1.3   Tingkat pencapaian Buddha…………………………………………………………………………………         2
2.       Dharma………………………………………………………………………………………………………………………          3
2.1   Pengertian Dharma……………………………………………………………………………………………..         3
2.2   Penggolongan Dharma………………………………………………………………………………………..         4
2.3   Sifat-sifat Dharma………………………………………………………………………………………………            4
3.       Buddha Dharma………………………………………………………………………………………………………….         5
4.       Perumpamaan Buddha, Dharma dan Sangha dalam kehidupan sehari-hari……………….       7
Kesimpulan………………………………………………………………………………………………………………………………        8
Daftar Pustaka………………………………………………………………………………………………………………………….      10








KATA PENGANTAR

Namo Sanghyang Adi Buddhaya, Namo Buddhaya
Buddha Dharma, kedengarannya sangat simple dan sangat umum diketahui oleh masyarakat secara garis besarnya saja. Tetapi pada kenyataannya, kita jarang menemukan pembahasan Buddha Dharma yang lebih mendalam.
Pada kesempatan ini kita akan  membahas Pokok-pokok Buddha Dharma karena Buddha Dharma merupakan pokok-pokok dasar Agama Buddha yang sangat perlu diselami, dipelajari, didalami, dipahami, dan dilaksanakan. Karena jika Buddha Dharma tidak dilaksanakan maka keindahan dan kebenaran-Nya hanya ada dalam bentuk teori saja. Dalam pepatah bahasa Pali dikatakan : ” Dhamma have rakkhati Dhamma carim” artinya “Barang siapa yang selalu mempraktikkan Dharma dengan benar maka mereka akan dilindungi oleh Dharma.
                Demikian pula pembelajaran Dharma harus dibarengi dengan pelaksanaan yang konkrit agar dapat memberikan kontribusi yang positif di dalam kehidupan kita.
                Pada intinya Buddha Dharma berisikan suatu sistem tentang moral dan filsafat yang khususnya menguraikan suatu jalan tentang pencerahan dan bukan Ajaran yang dipelajari hanya dari sudut pandang akademis belaka. Buddha mengatakan bahwa barang siapa yang mempelajari tanpa mempraktikkan Ajaran, laksana bunga yang berwarna-warni, namun tanpa harum. Dan barang siapa yang tidak mempelajari Dharma laksana manusia buta, tetapi barang siapa yang mempraktikkan Dharma mempunyai nilai yang lebih tinggi.
                Buddha sendiri mengharapkan dari pada pengikutnya, bukan pemujaan terhadap-Nya. Tetapi menjalankan Ajaran-Nya dengan nyata. “ Barang siapa yang selalu mempraktikkan Ajaran-Ku, itulah yang terbaik, dan itulah penghormatan yang benar terhadap-Ku”. Ini merupakan nasehat Buddha. Buddha mengajarkan Dharma tidak bermaksud untuk mengubah manusia menjadi beragama Buddha, tetapi Ajaran Buddha dimaksudkan untuk manusia, sangat indah, jika kita mengetahui sejarah tentang Agama Buddha beserta isinya karena Dharma sangat indah pada awalnya, Dharma sangat indah pada pertengahannya dan Dharma sangat indah pada akhirnya. Jadi, bagi orang-orang yang menerapkan Dharma akan mempunyai keindahan tersendiri disbanding orang-orang yang tidak menerapkannya.
Semoga pembahasan tentang Buddha Dharma ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Sabbe satta bhavantu sukhitatta, Semoga semua makhluk turut berbahagia.
Sadhu Sadhu Sadhu


Medan, Oktober 2013



BUDDHA DHARMA

1.       BUDDHA
1.1   PENGERTIAN BUDDHA
Menurut Arthur Anthony Macdonell dalam Practical Sanskrit Dictionary, kata Buddha berasal dari bahasa Sansekerta. Budh berarti menjadi sadar, kesadaran sepenuhnya; bijaksana, dikenal, diketahui, mengamati, mematuhi. 
Kata Buddha berarti “Yang Tercerahkan Sepenuhnya” atau “Yang Sadar”. Buddha berarti orang yang telah mencapai penerangan atau pencerahan sempurna dan sadar akan kebenaran kosmos serta alam semesta.
Buddha adalah gelar kesucian bagi sosok yang tercerahkan sepenuhnya karena Ia telah menyadari kebenaran dan melihat segala sesuatu sebagaimana adanya. Melalui kebijaksanaan-Nya yang sempurna, Ia mengetahui apa yang baik dan apa yang tidak baik bagi setiap orang dan menunjukkan kepada kita jalan menuju Kebahagiaan Sejati.
1.2 SIFAT-SIFAT MULIA SANG BUDDHA
Di dalam Anguttara Nikaya Tikanipata 20/265, disebutkan tentang sifat-sifat mulia Sang Buddha, atau disebut Buddhaguna. Ada sembilan Buddhaguna, yaitu:
1.      Araham= manusia suci yang terbebas dari kekotoran batin
2.      Sammasambuddho = manusia yang mencapai penerangan sempurna dengan usahanya sendiri
3.      Vijjacaranasampanno = mempunyai pengetahuan sempurna dan tindakannya juga sempurna
4.      Sugato = yang terbahagia
5.      Lokavidu = mengetahui dengan sempurna keadaan setiap alam
6.      Anuttaro purisadammasarathi = pembimbing umat manusia yang tiada bandingnya
7.      Satta devamanussanam = guru para dewa dan manusia
8.      Buddho = yang sadar
9.      Bhagava = yang patut dimuliakan (dijunjung)
1.3  TINGKAT PENCAPAIAN BUDDHA
Tingkat kebuddhaan adalah tingkat pencapaian penerangan sempurna.  Menurut tingkat pencapaiannya, Buddha dibedakan menjadi 3 macam, yaitu:
1.      Samma sambuddha, memiliki ciri-ciri :
1.     Orang yang mencapai tingkat kebuddhaan dengan usahanya sendiri, tanpa bantuan mahluk lain
2.      Mampu mengajarkan ajaran yang ia peroleh (Dhamma) kepada mahluk lain
3.      Yang diajar tersebut bisa mencapai tingkat-tingkat kesucian seperti dirinya  
2         Pacceka Buddha, memiliki ciri-ciri :
1.       Orang yang mencapai tingkat kebuddhaan dengan usahanya sendiri, tanpa bantuan mahluk lain
2.       Tidak mengajarkan ajaran yang ia peroleh kepada mahluk lain secara meluas
3.       Yang diajar tersebut belum mampu mencapai tingkat-tingkat kesucian €seperti dirinya.
3         Savaka Buddha, memiliki ciri-ciri :
1.       Orang yang mencapai tingkat kebuddhaan karena mendengarkan dan melaksanakan ajaran dari Sammasambuddha
2.       Mampu mengajarkan ajaran yang ia peroleh kepada mahluk lain.
3.       Yang diajar bisa mencapai tingkat-tingkat kesucian seperti dirinya.


Para Buddha pada dasarnya mempunyai tiga prinsip dasar ajaran, yaitu seperti yang tercantum di dalam Dhammapada 183 (Bab XIV Buddha Vagga 5) sebagai berikut:
Sabbapapassa akaranam = tidak melakukan segala bentuk kejahatan
Kusalasupasampada = senantiasa mengembangkan kebajikan
Sacittapariyodapanam = membersihkan batin atau pikiran
Etam buddhana sasanam = inilah ajaran para Buddha

2.      DHARMA
2.1 PENGERTIAN DHARMA
Kata Dhamma berasal dari bahasa Pali atau dharma dalam bahasa Sansekerta, yang berasal dari akar kata “dhr” (baca : dri) yang berarti ‘berada dalam dirinya atau mendukung, menjunjung, menunjang dirinya’ - jadi berarti ada.
Segala sesuatu yang tidak kekal dan selalu berubah, memiliki hakikat ketidakkekalan dan perubahan. Dengan kata lain, ia berada dan menyokong dirinya di dalam arus perubahan. Sedangkan segala yang tidak berubah menyokong dirinya karena tidak ada perubahan. Maka bila disimpulkan dari kedua hal itu, dhamma berarti ‘berada atau mendukung dirinya’. Oleh karena itu, secara harfiah kata dhamma berarti ‘segala sesuatu kecuali ketiadaan (nihil) karena tidak ada sesuatu yang tidak dapat berada dalam dirinya’.
Dhamma mencakup pengertian yang sangat luas, yaitu :
1.       Doktrin ; ajaran Sang Buddha
2.       Norma ; hukum ; alam
3.       Kebenaran ; realitas akhir
4.       Yang luar biasa, khususnya Nibbana
5.       Kebenaran ; keluhuran ; moralitas ; perilaku yang baik ; tingkah laku yang benar
6.       Tradisi ; prakktik ; prinsip ; peraturan ; tugas
7.       Keadilan ; tidak memihak
8.       Benda ; fenomena
9.       Objek yang dapat dikognisi ; objek pikiran ; ide
10.   Keadaan mental ; factor mental ; aktivitas mental
11.   Kondisi ; penyebab ; yang bersebab
2.2  PENGOLONGAN DHARMA
Dharma dapat dibagi atas 2 golongan, yaitu :
  1. Paramattha Dhamma : kebenaran tertinggi / hakekat tertinggi dari segala sesuatu baik berupa batin maupun materi ( Citta, Cetasika, Rupa dan Nibbana) /Paramattha sacca. Paramattha Dhamma terbagi atas 2 golongan, yaitu :
  1. Sankhata/ Sakhara (keadaan yang bersyarat):
    1. Citta (Kesadaran/Pikiran)
    2. Cetasika (bentuk-bentuk batin)
    3. Rupa (materi)
  2. Asankhata/Asankhara ( keadaan yang tak bersyarat), yaitu Nibbana

  1. Paññati Dhamma : sesuatu yang bukan ada sendiri atau jadi sendiri, tetapi sesuatu yang diberikan nama, untuk dijadikan panggilan sesuai dengan konsep manusia (dunia konsep, dunia kesepakatan) /Samutti sacca. Pannatti dhamma terdiri dari 2 golongan besar , yaitu :
    1. Nama Pannatti, yaitu nama, istilah, sebutan yang diberikan terhadap objek.
    2.   Attha Pannati, yaitu : ide, gagasan yang menerangkan objek , gambaran umum atas nama yang diberikan.

2.3 SIFAT-SIFAT DHARMA
Berdasarkan Kitab Anggutara Nikaya 11.12, ada 6 kualitas/ sifat Dharma, yaitu :
1.       Svākkhāto, yaitu Dharma telah dibabarkan sempurna oleh Buddha. Buddha telah mengajarkan semua yang kita perlukan untuk menjadi baik, bahagia, dan selalu sadar, tidak ada yang ketinggalan. Buddha tidak mengajarkan hal-hal yang tidak bermanfaat.
2.       Sandiṭṭhiko, yaitu Dharma terlihat amat jelas. Kita bisa melihat Dharma dimana saja dalam kehidupan kita sehari-hari.
3.       Akāliko, yaitu Dharma tidak bersela waktu. Dharma diajarkan Buddha ribuan tahun yang lalu. Saat itu, Dharma adalah kebenaran dan dapat membuat hidup kita bahagia. Saat ini, Dharma masih merupakan kebenaran dan membuat kita bahagia. Dan, ribuan tahun mendatang, Dharma tetap merupakan kebenaran, dan membuat hidup kita bahagia. Dharma senantiasa indah, dulu, kini dan nanti.
4.       Ehipassiko, yaitu Dharma mengundang untuk dibuktikan. Buddha mengajarkan kita untuk tidak percaya begitu saja terhadap apa yang kita dengar. Sekalipun Buddha sendiri yang mengucapkannya. Buddha mengajak kita semua untuk datang dan melihat langsung ajaran-Nya.
5.       Opanayiko, yaitu Dharma yang menuntun ke dalam batin. Jika kita menjalani Dharma dengan sungguh-sungguh, Dharma akan membimbing batin kita menjadi tenang dan bahagia.
6.       Paccatta veditabbo viññūhi, yaitu Dharma yang dapat diselami oleh para bijaksana dalam batin masing-masing. Semua orang, siapapun dia, bisa belajar Dharma, namun kita tidak belajar Dharma dengan menghafal atau tahu saja. Kita mempelajari Dharma dengan hati dan hidup sesuai Dharma.
Untuk dapat mengerti dengan benar mengenai Dhamma tersebut, maka kita harus melaksanakan dengan tiga tahap, yaitu:
1.       Pariyatti Dhamma
Mempelajari Dhamma secara teori, dalam hal ini, yaitu mempelajari dengan tekun Kitab Suci Tipitaka, mendengarkan dharma dari bhikkhu, dharmaduta ataupun media elektronik lainnya.
2.       Patipatti Dhamma
Melaksanakan (mempraktikkan) Dhamma tersebut di dalam kehidupan sehari-hari melalui pelatihan Sila, Samadhi dan Panna.
3.       Pativedha Dhamma Hasil (penembusan), yaitu hasil menganalisa dan merealisasi kejadian-kejadian hidup melalui meditasi pandangan terang (vipassana) hingga merealisasi Kebebasan Mutlak.
3.       BUDDHA DHARMA
Buddha Dharma adalah Dharma yang disadari dan dibabarkan oleh Sang Buddha Gotama yang merupakan suatu ajaran yang menguraikan hakekat kehidupan berdasarkan Pandangan Terang yang dapat membebaskan manusia dari kesesatan atau kegelapan batin dan penderitaan disebabkan ketidak-puasan.  Buddha Dharma juga dikenal dengan istilah Agama Buddha.
Buddha Dharma meliputi unsur-unsur agama, kebaktian, filosofi, psikologi, falsafah, kebatinan, metafisika, tata susila, etika, dan sebagainya.
Beberapa Pokok-pokok dasar Buddha Dharma mencakup :
1.             Kitab Suci Tripitaka, dimana Tripitaka berisi intisari ajaran Buddha yang terdiri dari :
1.       Vinaya Pitaka, berisi tentang peraturan kebhikkhuan
2.       Sutta Pitaka, berisi tentang babaran Dharma Sang Buddha dan beberapa siswa utama-Nya
3.       Abhidhamma Pitaka, berisi tentang analisa mendalam ajaran Sang Buddha yang mencakup ilmu fisika dasar, ilmu jiwa, logika, dan etika
2.       Empat kebenaran Mulia (Cattari Ariya Saccani), yaitu :
1.       Kebenaran Mulia tentang adanya penderitaan (Dukkha Ariyasacca)
2.       Kebenaran Mulia tentang asal mula penderitaan ( Dukkhasamudaya Ariyasacca)
3.       Kebenaran Mulia tentang lenyapnya penderitaan (Dukkhanirodha Ariyasacca)
4.       Kebenaran Mulia tentang jalan menuju lenyapnya penderitaan ( Dukkhanirodhagamini-patipada Ariyasacca)
3.       Jalan Mulia Beruas delapan (Ariya Atthangika Magga). Dalam Sutta Pitaka-Majjhima Nikaya-44. Cula Vedalla Sutta, 8 faktor jalan tersebut dibagi menjadi
1.       Pandangan Benar (Samma Ditthi)                                             Panna
2.       Pikiran Benar (Samma Sankappa)                                            
3.       Ucapan Benar (Samma Vaca)                                                      Sila
4.       Perbuatan Benar (Samma Kammanta)
5.       Penghidupan Benar (Samma Ajiva)
6.       Usaha Benar (Samma Vayama)                                                  Samadhi
7.       Perhatian Benar (Samma Sati)
8.       Konsentrasi Benar ( Samma Samadhi)
4.       Tilakkhana ( 3 corak umum ), yaitu :
1.       Anicca (tidak kekal)
2.       Dukkha (penderitaan)
3.       Anatta (tanpa inti)
5.       Tiratana ( Tiga Mustika )
6.       Kamma dan Patisandhi/ Punabbhava ( Hukum Karma dan Tumimbal lahir)
7.       Paticcasamuppada (Hukum Sebab Musabab Yang Saling Bergantungan)
8.       Nibbana (Kebahagiaan Tertinggi)

4.      PERUMPAMAAN BUDDHA, DHARMA DAN SANGHA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI
Perumpamaan Buddha sebagai Dokter
Perlindungan kepada Buddha, Dharma, Sangha dapat diumpamakan sebagai dokter, obat dan perawat bagi orang sakit yang perlu disembuhkan. Kita ibarat orang sakit karena terjangkit penyakit situasi yang tidak memuaskan dalam hidup kita. Untuk mencari solusinya, kita berkonsultasi pada dokter yang piawai yaitu Buddha, yang mendiagnosis penyebab penyakit kita lalu memberikan resep obat, yaitu Dharma, ajaran-Nya, mengenai bagaimana mencapai pencerahan.
Perumpamaan Dharma sebagai Obat
Kita harus mempraktikkan Dharma, yang diumpamakan sebagai obat yang diresepkan Buddha kepada kita untuk mencapai pencerahan. Tidaklah cukup hanya mendengarkan Dharma, kita harus aktif menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari dan dalam hubungan kita dengan orang lain. Ini berarti kita harus berusaha berperhatian murni dan sadar ketika sikap yang mengganggu muncul. Kemudian, kita menggunakan obat yang membuat kita dapat mengamati situasi yangs sesungguhnya. Jika orang sakit punya obat tetapi tidak meminumnya, orang itu tidak akan sembuh. Begitu pula, bisa jadi kita punya tempat pemujaan megah dan perpustakaan lengkap berisi buku Dharma di rumah, tetapi jika kita tidak bisa membaca isi dari buku tersebut maka kita tidak akan mengetahui apa itu Dharma.
Perumpamaan Sangha sebagai Perawat
Anggota Sangha diumpamakan sebagai perawat yang membantu kita untuk meminum obat Dharma. Perawat akan mengingatkan kita ketika kita lupa pil mana yang harus diminum. Jika kita kesulitan menelan pil yang besar, perawat akan memecahkan pil besar tersebut menjadi potongan-potongan kecil untuk kita. Begitu pula, ketika kita bingung, Sangha akan membantu kita dalam menjalankan Dharma dengan benar. Praktisi yang lebih berpengalaman dari kita dapat menjadi sahabat spiritual yang dapat membantu kita.


KESIMPULAN
Menjadi umat Buddha bukan hanya tertulis di KTP atau kartu identitas lainnya kita beragama Buddha tapi bagaimana kita bisa mempraktikkan Dharma yang kita pelajari dalam kehidupan sehari-hari. Karena tujuan utama Sang Buddha mengajarkan Dharma dari sejak dahulu, saat ini, dan masa yang akan datang adalah untuk membebaskan diri dari penderitaan.
Dharma bukan hanya tertulis di Kitab Suci atau buku-buku Dharma lainnya ataupun hanya berupa ceramah dari anggota Sangha dan dharmaduta, tapi Dharma berada dalam kehidupan kita sehari-hari. Oleh karena itu, untuk mengerti dan memahami dengan benar mengenai Buddha Dharma, maka kita harus melaksanakan 3 cara, yaitu :
1.       Mempelajari Dharma secara teori
2.       Melaksanakan Dharma
3.       Hasil dari realisasi/ penembusan Dharma
Sabda Sang Buddha yang dikutip dari Majjhima Nikaya 10, Satipatthana Sutta, yaitu : “ Tidaklah mungkin, O para siswa, untuk menguasai Samadhi tanpa menguasai Sila. Tidaklah mungkin pula untuk menguasai Panna tanpa menguasai Samadhi .“
Dengan mencermati Sabda Sang Buddha tersebut di atas, maka dapat dipahami bahwa “Praktik Dharma “ bukanlah hanya terbatas pada pengertian yang sempit dan terfokus pada praktik Samadhi (meditasi) saja, atau upacara-upacara ritual dan moralitas saja, atau berdasarkan kebijaksanaan (Panna) saja. Namun perlu dipahami bahwa pengelompokan 3 inti Dharma yaitu : Sila, Samadhi dan Panna itu sendiri hanyalah merupakan ‘pengelompokan’ dari masing-masing unsur Dharma yang terdapat dalam “Jalan Mulia berfaktor Delapan” dan di dalam Praktik atau pelaksanaannya adalah merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipilih dan dipisah-pisahkan. Misalnya, kita memilih praktik silanya dulu, baru praktik yang lain. Atau memilih praktik Samadhi-nya dulu baru melaksanakan Sila dan Panna. Dalam pelaksanannya ketiganya dilaksanakan secara berbarengan.
Dengan demikian, semoga kita sebagai umat Buddhist ‘ yang berpandangan secara Buddhist’ diharapkan tidak lagi berpandangan sempit apalagi berpandangan salah terhadap pengertian serta pemahaman dari makna ‘belajar dan praktik Buddha Dharma’.
                Manfaat pelaksanaan Dharma adalah untuk memperoleh kebahagiaan bagi mereka yang melaksanakannya, bukan hanya untuk diri sendiri saja melainkan juga bagi makhluk lainnya.

“Dhammo have rakkhati dhammacarim
dhammo sucinno sukha mavahati
esanisamso dhamme sucinne
na duggatim gacchati dhammacari”
Artinya
“Dhamma akan melindungi mereka yang mempraktikkan Dharma.
Praktik Dharma akan membawa kebahagiaan
Barangsiapa mengikuti dhamma tidak akan pergi ke alam penderitaan”

Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
                Sekian dan terima kasih.

Metta citena,


DAFTAR PUSTAKA

Practical Sanskrit Dictionary, Arthur Anthony Macdonell, Oxford University Press, London, 1965
Dhammapada Sabda-Sabda Buddha Gotama, tim penerjemah Kitab Suci Agama Buddha, CV Dewi Kayana Abadi, Jakarta, 2002
Dharma untuk anak, Handaka Vijjananda, Ehipassiko Foundation, Jakarta, 2013
Rampaian Dhamma, Pandit Jinaratana Kaharuddin, DPP PERVITUBI, Jakarta, 2004
Masuk ke arus Dhamma, Phra Acariya Thoon Khippanno, Wisma Sambodhi Klaten, 1992 
Majjhima Nikaya 1, terjemahan dari Bahasa pali oleh bhikkhu Nanamoli dan bhikkhu Bodhi, terjemahan bahasa Inggris ke Indonesia oleh Dra. Wena Cintiawati, Dra. Lanny Anggawati, Endang Widyawati, S.Pd, Wisma Sambodhi Klaten, 2008
Dhamma, Arti kata dan penggunaannya dalam Agama Buddha, Pandita Dhammavisarada Drs. Teja S.M.Rashid, Buddhist Bodhi, 1996
Abhidhammatthasangaha, Pandit J. Kaharuddin, Vihara Padumuttara, Tangerang, 2005

CONTOH SK EDS

SMA BUDDHIS BODHICITTA
Kota Medan

SURAT KEPUTUSAN
KEPALA SMA BUDDHIS BODHICITTA
Nomor: .... /SMA/BC/X.04/2013
TENTANG
PANITIA EVALUASI DIRI SEKOLAH

Menimbang        :

1.      Bahwa guna memperlancar Proses Evaluasi Diri Sekolah di Sekolah Dasar Negeri Banyusokah 2 perlu dibentuk Team Pengembang Sekolah.
2.      Bahwa  untuk   menjamin  terpeliharanya  tata  tertib  serta   memantapkan kelancaran tugas Team Pengembang Sekolah perlu diatur dalam Surat Keputusan Kepala Sekolah

Mengingat         :
1.      Undang – undang Republik Indonesia no. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
2.      Undang – undang Republik Indonesia No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.
3.      Peraturan Pemerintah Republik IndonesiaI No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
4.      Instruksi Presiden No. 1 tahun 2010 tentang Akselerasi Sistem Penjamin Mutu Pendidikan.
5.      Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 63 tahun 2009 tentang Sisitem Penjaminan Mutu Pendidikan.
6.      Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 13 tahun 2007 tentang stándar Kepala Sekolah.
7.      Peraturan menteri Pendidikan Nasional No. 7 tahun 2007 tentang Organisasi dan Tata kerja Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan.
8.      Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 49 tahun 2008 tentang Rincian TugasUnit Kerja di Lingkungan Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan.

M E M U T U S K A N

Menetapkan    :
Pertama          : Penyusunan Team Pengembang Sekolah seperti tersebut dalam Lampiran I Keputusan ini.
Kedua              : Pembagian tugas Pengembang Sekolah sebagaimana tersebut dalam Lampiran II Keputusan ini.
Ketiga               : Masing-masing Team Pengembang Sekolah wajib melaporkan pelaksanaan tugas secara tertulis
  dan berkala kepada Penanggung Jawab.
Keempat                        : Segala biaya yang timbul akibat keputusan ini dibebankan pada anggaran yang sesuai.
Kelima             : Apabila dalam keputusan ini terdapat kekeliruan akan dibetulkan sebagaimana mestinya.
Keenam          : Keputusan ini mulai berlaku dan dilaksanakan sejak tanggal ditetapkan.


Ditetapkan        : Medan
Tanggal                        : 4 Oktober 4 Oktober 2013
Kepala Sekolah,

ZULKIFLI, S.Ag.,SE.,M.Pd.,M.Pd.B.


Tembusan:
1.    Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Sampang
2.    Kepala UPTD Pendidikan Kecamatan Ketapang

Lampiran I SK Kepala Sekolah
Nomor  : .... /SMA/BC/X.04/2013
Tanggal : 4 Oktober 2013
Perihal  : Susunan Panitia Evaluasi Diri Sekolah (EDS)



SUSUNAN PANITIA EVALUASI DIRI SEKOLAH

No
JABATAN
NAMA
JABATAN POKOK

Pengarah

Penanggung Jawab

Ketua

Sekretaris

Bendahara

Humas

Operator
Seksi – seksi :

Dra. Rosnidar Rajaguguk, M.Hum.

Zulkifli, S.Ag.,SE.,M.Pd.,M.Pd.B.

Suwito, S.Ag.,M.Pd.

Dessy S.Kom

Waty Koswara

Budiman

Susanto, A.Md.



Pengawas Sekolah

Kepala Sekolah

Waka Kurikulum

Administrasi

Bendahara Yayasan

Waka Kesiswaan

Staf IT






Medan, 4 Oktober 2013
Kepala Sekolah,



ZULKIFLI,S.Ag.,SE.,M.Pd.,M.Pd.B