Jumat, 30 Juli 2021

Pertapa Siddharta bertapa menyiksa diri di Uruvela

PERTAPA SIDDHARTA BERTAPA DENGAN LIMA PERTAPA

 

Berikut ini adalah praktik penyiksaan diri (dukkaracariya) yang dilakukan pertapa Siddharta yang dianggapNya dapat membantu mencapai kebuddhaan:

ü  Berhenti mengumpulkan dana makanan dan hidup hanya dari buah-buahan yang jatuh dari pohon di hutan Uruvela.

ü  Bertahan hidup hanya dengan buah yang jatuh dari pohon tempat dimana beliau tinggal.

ü  Menjemur dibawah terik matahari pada siang hari dan pada waktu tengah malam berendam disungai dalam waktu yang lama.

ü  Menggemeretakkan gigi dan mendecakkan lidah untuk menekan kesadaran-kesadaran yang tidak baik dengan kesadaran yang baik

ü  Mengembangkan appanaka-jhana, yaitu usaha terus menerus menahan napas yang masuk dan keluar melalui mulut atau hidung sehingga udara tidak dapat masuk atau keluar

 

PESAN CERITA


Ø  Perjuangan Pertapa Siddharta meraih cita-cita untuk menjadi Buddha dilakukan dengan luar biasa.

Ø  Kesungguhannya ditunjukkan dengan pertapaanNya yang sangat keras. Dimulai dari mengurangi makan, hingga tidak makan sama sekali. Menjemur diri disiang hari dan juga berendam di malam hari.

Ø  Mengatur nafas, menahan nafas,, hingga tidak bernafas dalam batas waktu yang lama, hingga menimbulkan sakit yang luar biasa. 

Ø  Ini mengandung makna bahwa perjuangan mencapai cita-cita, tanpa didasari pengetahuan yang benar hanya sia-sia belaka.

Ø  Perjuangan meraih cita-cita, disamping harus dilakukan dengan sungguh-sungguh, juga harus didasari pengetahuan yang benar.


Ayo Berlatih

  • Apa yang dimaksud bertapa menyiksa diri?

  • Jawab: yang dimaksud bertapa menyiksa diri yaitu melakukan pertapaan yang dapat merugikan diri sendiri misalnya (tidak makan, berjemur disiang hari dan berendam di sungai dimalam hari, menahan nafas dalam waktu yang lama, dan sejenisnya)

  • Siapa saja lima pertapa yang bertapa dengan Pertapa Siddharta? 

  • Jawab: lima orang pertapa lainya (Kondanna, Bhaddhiya, Vappa, Mahanama, Assaji)

  • Bagaimana cara Pertapa Siddharta bertapa menyiksa diri?

  • Jawab: Cara Pertapa Siddharta bertapa menyiksa diri yaitu dengan tidak makan, berjemur disiang hari dan berendam di sungai dimalam hari, menahan nafas dalam waktu yang lama

Keajaiban-keajaiban dalam Pencapaian Penerangan Sempurna

Keajaiban lainnya dalam Pencapaian Penerangan Sempurna

         Syair Dhammapada; Magga Vagga; 273:

         Diantara semua jalan, maka ‘jalan mulia berfaktor delapan’ adalah yang terbaik;

         Diantara semua kebenaran, maka ‘empat kebenaran mulia’ adalah yang terbaik.

         Diantara semua keadaan, maka keadaan tanpa nafsu adalah yang terbaik; dan

Ø  Diantara semua makhluk hidup, maka orang yang ‘melihat’ adalah yang terbaik.

Ø  Setelah menang melawan dewa mara penggoda, Bodhisatta menembus tiga pengetahuan (vijja) yaitu:

Ø  Pengetahuan mengenai kehidupan-kehidupan lampau (Pubbenivasanussati nana);

Ø  Mata dewa (debbacakkhu nana), dan pengetahuan akan padamnya perbuatan buruk, dan mencapai kebuddhaan di malam itu juga dalam bulan purnama Vesakha.

Pangeran Siddharta lahir pada bulan waisak tahun 623 SM. Menikah pada usia 16 tahun, dan meninggalkan istana 29 tahun. Bertapa 6 tahun, menjadi buddha pada usia 35 tahun

waktu:

Pukul 18.00 – 22.00 (waktu jaga pertama) 

Jenis Kebijaksanaan

Kebijaksanaan untuk dapat melihat dengan jelas kelahiran-kelahirannya yang dulu (Pubbeni-vasanussatinana).

waktu:

Pukul 22.00 – 02.00 (waktu jaga kedua)

Jenis Kebijaksanaan

Kebijaksanaan untuk dapat melihat dengan terang kematian dan tumimbal lahir makhluk-makhluk sesuai dengan karmanya (Cutupapatanana).

waktu:

Pukul 02.00 – 04.00 (waktu jaga ketiga)

Jenis Kebijaksanaan

Kebijaksanaan untuk dapat menyingkirkan secara menyeluruh semua kekotoran batin yang halus sekali (Asavakkhayana). 

“Dengan sia-sia aku mencari pembuat rumah ini, berlari berputar-putaran dalam lingkaran tumimbal lahir, menyakitkan, tumimbal lahir yang tiada habis-habisnya. O, pembuat rumah, sekarang telah kuketahui engkau tak akan dapat membuat rumah lagi. Semua atapmu telah kurobohkan, batinku sekarang mencapai keadaan Nibbana dan berakhirlah semua nafsu keinginan”

 Lagu : Pekik Kemenangan

(Cipt. Darmadi Tjahjadi)

       Melalui banyak kelahiran
dalam samsara
Mengembaralah aku mencari
tapi tak menemukan
Pembuat rumah ini

       Menyedihkan kehidupan
yang berulang-ulang
Oh pembuat rumah
kamu t’lah terlihat

       Kau tak akan membuat rumah lagi
Semua rakit-rakitmu patah
Balok utamamu telah dihancurkan
Batin mencapai keadaan
tanpa syarat

Tercapailah akhir dari pada Tanha


Memperhatikan dan menyimak cerita Keajaiban Pertapa Gotama Mencapai Penerangan Sempurna dapat dirangkum sebagai berikut:

  1. Pertapa Gotama dengan usaha yang sangat kuat serta pantang menyerah melakukan upaya yang gigih dan sumpah untuk dapat mencapai yang dicita-citakannya, yaitu dalam rangka mencapai kebudaan.
  2. melalui proses yang panjang dengan berbagai godaan Mara yang jahat akhirnya Pertapa Siddharta berhasil menjadi manusia suci yang telah terbebas dari segala nafsu.
  3. Pada saat Pertapa Siddharta menjadi Buddha terjadi berbagai macam keajaiban, antara lain seperti bumi bergetar, diudara terdengar musik yang merdu, pohon-pohon mendadak berbunga dan menyebarkan bau harum, binatang-binatang di hutan yang biasanya bermusuhan pada waktu itu dapat hidup berdampingan dengan damai.

Munculnya Singgasana Permata yang Besar

Munculnya Singgasana Permata yang Besar

Syair Dhammapada, Magga Vagga, 280 :

Walaupun seseorang masih muda dan kuat, namun bila ia malas dan tidak mau berjuang semasa harus berjuang, serta berpikiran lamban, maka orang yang malas dan lamban seperti itu tidak akan menemukan jalan mengantarnya pada kebijaksanaan.

Inti Cerita: “Munculnya Singgasana Permata yang Besar”

·         Melanjutkan pertapaan di Hutan Sala di tepi sungai Neranjara, meditasi anapana.

·         Sotthiya seorang brahmana pemotong rumput dan mendanakan 8 ikat rumput kepada Gotama.

·         8 ikat rumput yang dari Sotthiya berubah menjadi singgasana permata yang besar, berukuran 16 lengan, sangat indah.

·         Gotama bermeditasi menghadap timur dengan tekad kuat “meskipun hanya kulitku yang tersisa, meskipun hanya uratku yang tersisa, meskipun hanya tulangku yang tersisa, meskipun seluruh tubuhku dan seluruh daging dan darahku mengering, jika aku belum mencapai kebudaan, aku tidak akan mengubah posturku dari duduk bersila seperti sekarang ini”.

Lagu : Selamat Hari Waisak

Cipt. Darmadi Tjahjadi

Selamat hari waisak, selamat hari waisak

Slamat hari suci waisak semua

Slamat berbahagia salam sejahtera

Selamat hari suci waisak

REFF :

Slamat-slamat bahagia

Damai tentram sentosa

Damai bahagia dalam Buddha Dharma

Selamat - slamat waisak

Bersama kita gembira

Dihari Tri Suci Waisak

Rangkapkan tanganmu di depan dada mu

Dan ucapkan semoga berbahagia

Salam dalam Dharma untuk semuanya

Selamat hari suci waisak

REFF :

S’lamat - selamat bahagia

Damai tentram sentosa

Damai bahagia dalam Buddha Dharma

Selamat - selamat waisak

Bersama kita gembira

Selamat hari suci Waisak 

Rabu, 21 Juli 2021

Lima Mimpi Pertapa Gotama

Lima Mimpi Pertapa Gotama

Inti cerita “Lima Mimpi Pertapa Gotama” “Gotama Meninggalkan Pertapaan Penyiksa Diri”

·       Saat melakukan pertapaan, Gotama menyadari penyiksaan diri yang berlebihan tidak membawa manfaat apa-apa. Oleh karena itu beliau memutuskan untuk makan secukupnya.

·       Melihat kejadian tersebut, lima pertapa tersebut beranggapan Gotama telah gagal berlatih dan meninggalkannya.

Lima Mimpi Pertapa Gotama

1.       Tertidur di atas permukaan tanah dengan pegunungan himalaya sebagai bantalnya, tangan kiri-Nya di Samudra Timur, tangan kanan-Nya di Samudra Barat, dan kedua kaki-Nya di Samudra Selatan.

2.       Sejenis rumput yang disebut tiriya dengan tangkai merah berukuran sebuah gandar sapi muncul dari pusar-Nya dan sewaktu Beliau melihat, rumput tersebut tumbuh, tinggi dan lebih tinggi hingga mencapai langit, angkasa luas, seribu yojanà ke atas dan diam di sana

3.       Sekumpulan ulat berbadan putih dan kepala hitam perlahan-lahan merayap ke atas kaki-Nya, menutupi dari ujung kaki hingga ke lutut-Nya.

4.       Empat jenis burung berwarna biru, keemasan, merah, dan abu-abu terbang datang dari empat penjuru dan sewaktu mereka turun dan berdiri di atas kedua kaki-Nya, semua burung-burung itu berubah menjadi putih.

5.       Berjalan mondar-mandir, ke sana kemari di setumpukan kotoran setinggi gunung tanpa menjadi kotor. Petapa Gotama menafsirkan sendiri mimpi tersebut dan berkesimpulan: ”Pasti Aku akan mencapai Kebuddhaan hari ini juga.”

Dana Nasi Susu Ghana oleh Sujata

PERTEMUAN 2

Dana Nasi Susu Ghana oleh Sujata

Dana adalah pemberian tulus ikhlas untuk menolong makhluk lain. Dana tidak dipaksakan, hanya dianjurkan dan termasuk salah satu dari sepuluh perbuatan baik (Dasa punna Kiriyavatthu) yang dapat dilaksanakan oleh umat buddha.

Dasa punna kiriyavatthu (Dana, Sila, Bhavana,Apacayana, Veyyavacca, Pattidana, pattanumodana, Dhammasavana, Dhammadesana, Ditthujukamma)

 

Inti Cerita: “Dana Nasi Susu Ghana oleh Sujata”

         Sujata adalah putri seorang kaya yang di masa mudanya sering berdoa di bawah pohon banyan, meminta pada dewa pohon jika menikah mendapat suami kaya dan kasta yang sama. Dan terkabulah permintaan itu.

         Suatu hari, dia melakukan persembahan dan melihat Pertapa Gotama sedang duduk di bawah pohon menghadap ke timur yang dianggapnya sebagai dewa pohon.

         Pertapapun menerima persembahan yang diberikan oleh Sujata.

         Gotama pergi ke sungai Neranjara dan melempar patta nya. Keajaiban terjadi. Patta tersebut melawan arus sungai.

Lagu : “Lima orang Pertapa”

Cipt: B. Saddhanyano

Engkau yang mulia lima pertapa

Yang slalu setia pada sang Buddha

Assaji, Mahanama juga Kondanna

Bhadiya dan Vappa semua baik hatinya

Makna Kisah Rumah Terbakar

Memaknai Kisah Rumah Terbakar

orang dungu yang berpengertian dangkal, terlena dalam kelengahan, sebaliknya, orang bijaksana senantiasa menjaga kewaspadaan. seperti menjaga harta yang paling berharga.

        sumber : dhammapada; Appamada Vagga, II Kewaspadaan; 26

Arti Perumpamaan:
Rumah terbakar : perumpamaan dari kehidupan semua makhluk yang dipenuhi dengan kekotoran batin, keserakahan, kebencian, kegelapan batin, lahir, tua, sakit dan mati.
Ayah : adalah Buddha yang akan menyelamatkan makhluk hidup dari penderitaan (lahir, tua, sakit dan mati) terbebas dari kekotoran batin.
Anak-anak : adalah semua makhluk yang hidup di alam semesta yang masih diliputi oleh kekotoran batin dan hidup dalam kesenangan duniawi.

Arti perumpamaan tentang mainan kereta yang diberikan oleh seorang ayah kepada anaknya:
Kereta Domba : Savaka-Buddha yang merupakan Arahat (pengikut kesadaran), tetapi mencapai tahap Kesadaran dengan mendengarkan Dharma
Kereta Rusa : Pacceka-Buddha atau Pratyeka-Buddha yang menyerupai Samma-Sambuddha, tetapi senantiasa diam dan menyimpan pencapaian Dharma pada diri sendiri
Kereta Lembu : Samma-Sambuddha yang mendapat Kesadaran penuh tanpa guru, hanya dengan usaha sendiri

Inti Ajaran Buddha

Cipt. Bhante Saddhanyano

Sejak dulu sekarang juga nanti,

Tetap sama inti AJARAN BUDDHA,

Walau beda cara juga bahasa,

Namun satu tujuan ke NIBBANA. 

REFF :

BERUSAHA tak berbuat kejahatan,

BERSEMANGAT berbuat kebajikan,

MENSUCIKAN HATI juga PIKIRAN,

AGAR HIDUP selalu DAMAI dan TENTRAM.

Selasa, 20 Juli 2021

Pertapa Siddharta berguru dengan Udaka Ramaputta

Setelah meninggalkan guru pertamanya, Alara Kalama, Pertapa Siddharta melanjutkan pengembaraan dan pada akhirnya bertemu dengan seorang guru yang bernama Udaka Ramaputta dan Pertapa Siddharta berguru kepadanya. Dan dalam waktu yang tidak lama, Pertapa Siddhartapun dapat menyerap semua ilmu yang telah diberikan dan memiliki kekuatan batin yang luar biasa (Abinna).

 

Simpulan 2

Saat bertemu guru keduanya, Udaka Ramaputta, Pertapa Siddharta mengajukan permohonan ingin menjalani kehidupan suci sesuai caranya.

Udaka Ramaputta adalah seorang guru (pertapa) pemimpin sebuah aliran keagamaan pada masa itu.

Yang diajarkan Udaka Ramaputta adalah ajaran tentang cara untuk bermeditasi yang paling tinggi.

Pertapa Siddharta diangkat menjadi guru oleh Udaka Ramaputta karena telah dianggap mampu memahami ilmu dan pengetahuan yang telah disampaikannya dengan sangat cepat.

Pertapa Siddharta berguru dengan Alara Kalama

 

Setelah bertemu dengan Raja Bimbisara, Pertapa Siddharta melanjutkan perjalanan untuk mencari kebahagiaan tertinggi (Nibbana). Bertemulah beliau dengan seorang guru Agama bernama Alara dari suku Kalama (Alara Kalama).

Berguru dengan Alara Kalama, Pertapa Siddharta berhasil mencapai meditasi tingkat tinggi dan semua pelajaran yang telah diberikan oleh Alara Kalama.

Simpulan

Saat bertemu Alara Kalama, Pertapa Siddharta memohon kepada Alara kalama untuk ingin menjalani kehidupan suci seperti dirinya dan Alara Kalama mengabulkan permohonannya.

Alara Kalama adalah guru Pertapa Siddharta yang mengajarkan tentang cara-cara bermeditasi dan pengertian tentang hukum karma serta tumimbal lahir.

Alara Kalama meminta Pertapa Siddharta tinggal bersamanya karena Pertapa Siddharta dapat dengan mudah mempelajari dan mempraktikan ajaran Alara Kalama.

Pertapa Siddharta menolak untuk tetap tinggal bersama Alara Kalama karena merasa bahwa pencapaian yang telah didapatkannya belum membebaskan dirinya dari lingkaran penderitaan.

Pertapa Siddharta bertemu dengan Raja Bimbisara

Setelah menjadi pertapa, Siddharta berdiam diri dalam kebahagiaan selama 7 hari di hutan Magga. Kemudian berjalan kaki menuju Rajagaha untuk mengumpulkan dana makanan.

Raja Bimbisara melihat Pertapa Siddharta memasuki Rajagaha dengan penuh ketenangan

Raja Bimbisara merasa penasaran dan memerintahkan 3 menterinya untuk menyelidiki


Ketiga menteri itu melihat Pertapa Siddharta duduk bermeditasi dengan sangat tenang di puncak gunung Pandava. Lalu melaporkannya kepada Raja Bimbisara. Dengan penasaran Raja Bimbisara segera pergi menemui Pertapa Siddharta

Setelah melihatnya, Raja Bimbisara memuji Pertapa Siddharta, kemudian menanyakan silsilah keluarganya

Ia menawarkan kerajaannya dan meminta Pertapa Siddharta untuk menjadi Raja

Pertapa Siddharta memberitahukan Raja Bimbisara bahwa beliau berasal dari keturunan Sakya dan telah memutuskan untuk menjadi Pertapa; Ia tidak tertarik dengan semua kenikmatan materi;

Dengan sopan, ia juga menjelaskan bahwa tujuan menjadi pertapa adalah untuk mencapai Nibbana

Agar ia dapat menolong semua makhluk dari penderitaan dan terbebas dari kelahiran, usia tua, penyakit, dan kematian


Mendengar dan melihat kesungguhannya Raja Bimbisara mengajukan permohonan kepada pertapa Siddharta agar Rajagaha dijadikan sebagai tempat kunjungan untuk pertama kali setelah mencapai Kebudaan serta mengajarkan ajarannya kepada Raja Bimbisara dan semua rakyatnya. Selesai, Pertapa Siddharta menyetujui permohonan itu, Raja Bimbisara kembali ke Istananya