Minggu, 20 Januari 2013

"Sejarah dan Mitologi"


Asal Kata
Lentera Imlek
Lentera Imlek
Tahun Baru China merupakan hari raya yang paling penting dalam masyarakat China. Perayaan Tahun Baru China juga dikenal sebagai 春節 Chūnjié (Festival Musim Semi / Spring Festival), 農曆新年 Nónglì Xīnnián (Tahun Baru), atau 過年 Guònián atau sin tjia.
Diluar daratan China, Tahun Baru China lebih dikenal sebagai Tahun Baru Imlek. Kata Imlek (阴历 : Im = Bulan, Lek = penanggalan) berasal dari dialek Hokkian atau mandarinya yin li yang berarti kalender bulan. Perayaan Tahun Baru Imlek dirayakan pada tanggal 1 hingga tanggal 15 pada bulan ke-1 penanggalan kalender China yang menggabungkan perhitungan matahari, bulan, 2 energi yin-yang, konstelasi bintang atau astrologi shio, 24 musim, dan 5 unsur. (Festival Musim Semi).
Karena 1/5 penghuni bumi ini adalah orang China, maka Tahun Baru China hampir dirayakan oleh seluruh pelosok dunia dimana terdapat orang China, keturunan China atau pecinan. Banyak bangsa yang bertetangga dengan China turut merayakan Tahun Baru China seperti Taiwan, Korea, Mongolia, Vietnam, Nepal, Mongolia, Bhutan, dan Jepang.

Sabtu, 19 Januari 2013

8 Festival Penting dalam Tradisi Tionghoa


8 Festival Penting dalam Tradisi Tionghoa


hari raya dalam tradisi tionghoaHari Raya atau Festival merupakan bagian dari suatu kebudayaan, terbentuk mulai dari ribuan tahun hingga kini. Hari Raya atau Festival dalam tradisi Tionghoa kebanyakan berasal dari astronomi, kalender dan Matematika  serta adanya pengaruh karakter sejarah didalamnya. Berikut ini merupakan 8 (delapan) Hari Raya maupun Festival Penting dalam Tradisi Tionghoa yang masih dirayakan sampai saat ini berdasarkan urutan bulannya dalam setahun.  

Festival Tahun Baru Imlek  (“Chun Jie[春节]”)


Tahun Baru Imlek atau juga disebut dengan Istilah Festival Musim Semi (“Chun Jie []”) merupakan hari raya yang berkaitan dengan pergantian musim dari Musim Dingin ke Musim Semi. Karena Musim Semi dihitung sebagai Musim Pertama dari Empat musim yang ada (4 Musim = Musim Semi, Musim Panas, Musim Gugur dan Musim Dingin) maka berdasarkan penanggalan Imlek, Hari pertama Mulainya Musim Semi merupakan hari pertama daripada Satu Tahun. Oleh karena itu, Festival Musim Semi juga dikenal sebagai Tahun Baru Imlek yang dirayakan oleh Masyarakat Tionghoa hingga kini.

Jumat, 18 Januari 2013

KARAKTERISTIK PEMBELAJARAN BERBASIS TEKNOLOGI DAN PENELITIAN MEDIA INSTRUKSIONAL

KARAKTERISTIK PEMBELAJARAN BERBASIS TEKNOLOGI DAN PENELITIAN MEDIA INSTRUKSIONAL


Ditulis oleh
Suwito

I.      Pendahuluan
Teknologi pendidikan berkembang sejalan dengan kemajuan jaman yang makin maju, sehingga perlu adanya usaha-usaha yang dapat menjawab tantangan-tantangan yang ada dalam dunia pendidikan. Adapun tantangan dalam dunia pendidikan dicoba dipecahkan oleh pakar-pakar teknologi pendidikan.
Pakar-pakar teknologi pendidikan mencoba memecahkan permasalahan yang dihadapi oleh pembelajar yaitu dengan cara menciptakan media-media pembelajaran seperti  radio,televisi,infokus,komputer dan sejenisnya.media-media ini memberikan kemudahan kepada pembelajar dan pebelajar dalam proses pembelajaran sehingga siswa dapat menerima materi pembelajaran dengan mudah.
Perkembangan jaman menuntut guru untuk melakukan perubahan pada proses pembelajaran agar pebelajar lebih mudah memahami materi pelajaran yang disampaikan. Seperti yang dikutip oleh Martinis Yamin dalam bukunya yang berjudul “Paradigma pendidikan konstruktivistik yaitu “guru harus memiliki daya cipta, strategi baru, dan melepaskan diri dari rutinitas pada saat situasi memerlukan perubahan” (Anita Woolfolk, 2004), seperti pada jaman sekarang.
II.      Rumusan masalah
1.      Apa pengertian teknologi pendidikan?
2.      Bagaimana sejarah perkembangan teknologi pendidikan?
3.      Bagaimana karakteristik dan jenis media pembelajaran berbasis teknologi  pendidikan?

KARAKTERISTIK PEMBELAJARAN BERBASIS TEKNOLOGI DAN PENELITIAN MEDIA INSTRUKSIONAL

KARAKTERISTIK PEMBELAJARAN BERBASIS TEKNOLOGI DAN PENELITIAN MEDIA INSTRUKSIONAL


Ditulis oleh
Suwito

I.      Pendahuluan
Teknologi pendidikan berkembang sejalan dengan kemajuan jaman yang makin maju, sehingga perlu adanya usaha-usaha yang dapat menjawab tantangan-tantangan yang ada dalam dunia pendidikan. Adapun tantangan dalam dunia pendidikan dicoba dipecahkan oleh pakar-pakar teknologi pendidikan.
Pakar-pakar teknologi pendidikan mencoba memecahkan permasalahan yang dihadapi oleh pembelajar yaitu dengan cara menciptakan media-media pembelajaran seperti  radio,televisi,infokus,komputer dan sejenisnya.media-media ini memberikan kemudahan kepada pembelajar dan pebelajar dalam proses pembelajaran sehingga siswa dapat menerima materi pembelajaran dengan mudah.
Perkembangan jaman menuntut guru untuk melakukan perubahan pada proses pembelajaran agar pebelajar lebih mudah memahami materi pelajaran yang disampaikan. Seperti yang dikutip oleh Martinis Yamin dalam bukunya yang berjudul “Paradigma pendidikan konstruktivistik yaitu “guru harus memiliki daya cipta, strategi baru, dan melepaskan diri dari rutinitas pada saat situasi memerlukan perubahan” (Anita Woolfolk, 2004), seperti pada jaman sekarang.
II.      Rumusan masalah
1.      Apa pengertian teknologi pendidikan?
2.      Bagaimana sejarah perkembangan teknologi pendidikan?
3.      Bagaimana karakteristik dan jenis media pembelajaran berbasis teknologi  pendidikan?

KARAKTERISTIK PEMBELAJARAN BERBASIS TEKNOLOGI DAN PENELITIAN MEDIA INSTRUKSIONAL

KARAKTERISTIK PEMBELAJARAN BERBASIS TEKNOLOGI DAN PENELITIAN MEDIA INSTRUKSIONAL


Ditulis oleh
Suwito

I.      Pendahuluan
Teknologi pendidikan berkembang sejalan dengan kemajuan jaman yang makin maju, sehingga perlu adanya usaha-usaha yang dapat menjawab tantangan-tantangan yang ada dalam dunia pendidikan. Adapun tantangan dalam dunia pendidikan dicoba dipecahkan oleh pakar-pakar teknologi pendidikan.
Pakar-pakar teknologi pendidikan mencoba memecahkan permasalahan yang dihadapi oleh pembelajar yaitu dengan cara menciptakan media-media pembelajaran seperti  radio,televisi,infokus,komputer dan sejenisnya.media-media ini memberikan kemudahan kepada pembelajar dan pebelajar dalam proses pembelajaran sehingga siswa dapat menerima materi pembelajaran dengan mudah.
Perkembangan jaman menuntut guru untuk melakukan perubahan pada proses pembelajaran agar pebelajar lebih mudah memahami materi pelajaran yang disampaikan. Seperti yang dikutip oleh Martinis Yamin dalam bukunya yang berjudul “Paradigma pendidikan konstruktivistik yaitu “guru harus memiliki daya cipta, strategi baru, dan melepaskan diri dari rutinitas pada saat situasi memerlukan perubahan” (Anita Woolfolk, 2004), seperti pada jaman sekarang.
II.      Rumusan masalah
1.      Apa pengertian teknologi pendidikan?
2.      Bagaimana sejarah perkembangan teknologi pendidikan?
3.      Bagaimana karakteristik dan jenis media pembelajaran berbasis teknologi  pendidikan?

Minggu, 13 Januari 2013

ACCELERATED LEARNING

ACCELERATED LEARNING
(Percepatan Pembelajaran)


oleh

Suwito


ACCELERATED LEARNING
(Percepatan Pembelajaran)


A.    PENDAHULUAN
Keberhasilan pendidikan formal banyak ditentukan oleh keberhasilan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, yakni keterpaduan antara kegiatan pendidik dengan kegiatan peserta didik. Untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas kegiatan pembelajaran ini banyak upaya yang dapat dilakukan oleh pendidik dengan cara meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang strategi pembelajaran, sehingga kegiatan belajar mengajar lebih efektif dan efisien.
Untuk menguasai perubahan pembelajaran yang berlangsung cepat dibutuhkan pula cara belajar cepat dan kemampuan menyerap serta memahami informasi baru dengan cepat pula. Seiring dengan hal tersebut, saat ini muncul satu konsep yang menawarkan cara belajar yang lebih cepat, yang dikenal dengan konsep “Accelerated Learning”. Teknik belajar ini diharapkan dapat membantu peserta didik untuk belajar lebih cepat dari sebelumnya.

B. KONSEP ACCELERATED LEARNING
Accelerated artinya dipercepat dan Learning artinya pembelajaran. Jadi, Accelerated Learning dapat diartikan percepatan pembelajaran atau cara belajar cepat. Konsep cara belajar cepat ini diawali oleh pandangan Colin Rose dan Malcolm Nicholl tentang adanya kebutuhan yang mendesak akan revolusi dalam cara belajar dan bagaimana melakukan sesuatu bagi para siswa dari seluruh usia, orang tua, pendidik, dan dunia usaha serta pemerintah untuk mendongkrak tingkat prestasi. Perubahan dunia yang begitu cepat menuntut dan mensyaratkan kemampuan belajar yang lebih cepat. Kompleksitas dunia yang terus meningkat juga menuntut kemampuan yang sesuai untuk menganalisis setiap situasi secara logis dan memecahkan masalah secara kreatif.

Sabtu, 12 Januari 2013

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INVESTIGASI KELOMPOK PADA MATA PELAJARAN AGAMA BUDDHA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INVESTIGASI KELOMPOK
PADA MATA PELAJARAN AGAMA BUDDHA


Oleh
Suwito



PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN
INVESTIGASI KELOMPOK
PADA MATA PELAJARAN AGAMA BUDDHA
 

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Sekolah                       : SMA SARIPUTRA
Mata pelajaran          : AGAMA BUDDHA
Kelas/semester           : X / I (Satu)
Alokasi waktu            : 2 x 45 Menit (2 x pertemuan)
Tahun Pelajaran       : 2010 – 2011


A.     Standar kompetensi
Menjelaskan hukum-hukum kebenaran

B.     Kompetensi dasar
Mendeskripsikan Hukum Karma

C.     Indikator
Ø  Menjelaskan pengertian hukum karma
Ø  Menjelaskan karma menurut sifatnya dan pencetusnya
Ø  Membedakan karma baik dan karma buruk
Ø  Menjelaskan manfaat hukum karma

D.     Tujuan pembelajaran
Ø  Agar siswa mengerti tentang hukum karma
Ø  Agar siswa mengerti tentang karma menurut sifat dan pencetusnya
Ø  Agar siswa dapat membedakan karma baik dan karma buruk
Ø  Agar siswa mengetahui manfaat dari memahami hukum karma

E.     Materi pokok
Hukum Karma

F.      Uraian materi
1.    Apa pengertian hukum karma
2.    Bagaimana karma menurut sifat dan pencetusnya
3.    Apa bedanya karma baik dan karma buruk
4.    Apa manfaatnya mempelajari dan memahami hukum karma



G.    Pendekatan pembelajaran
Pencekatan contexstual teaching and learning (CTL)
Pendekatan deduktif (deductive approach)
pendekatan konsep


MODEL PENELITIAN YURISPRUDENSIAL
DALAM PEMBELAJARAN PKn



Oleh
Suwito



PENGENALAN MODEL PENELITIAN JURISPRUDENSIAL

A.    Tujuan dan asumsi
Sebagaimana dijelaskan oleh joice dan weil (1986:260-267). Model ini memiliki sejumlah karakteristik. Dasar pemikiran ini ialah konsepsi tentang masyarakat yang memiliki pandangan dan prioritas yang berbeda mengenai nilai sosial yang produktif, setiap warga negara perlu mempunyai kemampuan untuk dapat berbicara kepada orang lain dan berhasil dengan baik melakukan kesepakatan dengan orang lain. Setiap warga negara harus mampu menganalisis secara cerdas dan mengambil contoh masalah sosial yang paling tapat yang pada hakikatnya berkenaan dengan konsep keadilan, hak asasi manusia yang memang menjadi inti dari  kehidupan demokrasi. Untuk dapat melakukan aktivitas tersebut diperlukan tiga kemampuan, yakni:
1.      Mengenal dengan baik nilai yang berlaku dalam sistem hukum dan politik yang ada dilingkungan negaranya. 
2.      Memiliki seperangkat keterampilan untuk dapat digunakan dalam menjernihkan dan memecahkan masalah nilai, dan
3.      Menguasai atau memiliki pengetahuan tentang masalah politik yang bersifat kontemporer yang tumbuh dan berkembang dalam lingkungan negaranya.
Yang paling tepat digunakan sebagai bidang kajian dalam model ini ialah: konflik rasial dan etnis, konflik ideologi atau keagamaan, keamanan pribadi, konflik antar golongan, ekonomi, kesehatan, pendidikan, dan kesejahteraan, serta keamanan nasional. Lingkup dan tingkat kerumitan dari masing-masing bidang kajian tersebut, tentu saja harus disesuaikan dengan tingkat usia dan lingkungan peserta didik.

KOMENTAR (Barriers to The Successful Integration of ICT in Teaaching and Learning Environtments)

Komentar tentang: Berbagai Hambatan  untuk keberhasiilan  Integrasi Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam lingkungan belajar dan mengajar

Penggunaan ICT di kelas sangat penting untuk memberikan kesempatan bagi siswa untuk belajar untuk beroperasi dalam era informasi.

Temuan menunjukkan bahwa guru memiliki keinginan yang kuat untuk untuk mengintegrasikan ICT ke dalam pendidikan, tetapi terlalu banyak kendala yang harus dihadapi guru dalam mengintegrasikan ICT ke dalam pembelajaran. Kendala utama tersebut adalah kurangnya rasa percaya diri, tidak memiliki kemampuan (kompetensi), dan kurangnya akses ke sumber daya. Tidak cukup satu komponen dapat memberikan pengajaran dan pembelajaran dengan baik. Teknologi informasi dan komunikasi (TIK) telah menjadi bagian penting dari kebanyakan organisasi sekolah dan dunia bisnis (Zhang & Aikman, 2007).

Kurangnya Kompetensi Guru-ini mengacu pada kemampuan Guru. Sejumlah guru yang tidak menyadari semua program ICT menguntungkan dan tersedia bagi mereka. Penelitian di Australia menemukan bahwa banyak guru tidak memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk menggunakan komputer dan tidak antusias tentang integrasi (Bingimlas, 2009).

Resistensi terhadap perubahan dan sikap-Beberapa peneliti telah berkomentar negatif terhadap penghalang mengatakan bahwa ini adalah salah satu kendala utama yang menghentikan integrasi seperti yang mempengaruhi semua hambatan lainnya. Banyak guru yang sudah berlatih percaya yang terlalu keras, akan memakan waktu banyak atau tidak perlu menggunakan teknologi.

Tindakan mengintegrasikan TIK ke dalam mengajar dan belajar adalah proses yang kompleks dan salah satu yang mungkin menghadapi sejumlah kesulitan. Kesulitan-kesulitan ini dikenal sebagai "hambatan" (Schoepp, 2005). penghalang didefinisikan sebagai "setiap kondisi yang membuat sulit untuk membuat kemajuan atau mencapai tujuan suatu "(WordNet, 1997, seperti dikutip dalam Schoepp, 2005, hal 2). Tujuan diadakan analisis dalam makalah ini adalah untuk mengetahui keberhasilan mengintegrasikan TIK dalam bidang pendidikan sain.  

PANDANGAN FILSAFAT REALISME TERHADAP EGOISME PELAJAR PINTAR DI SD SARIPUTRA KOTA JAMBI

PANDANGAN FILSAFAT REALISME
TERHADAP EGOISME PELAJAR PINTAR
DI SD SARIPUTRA KOTA JAMBI
 oleh
Suwito
  
SIKAP EGOISME PELAJAR YANG PINTAR
TERHADAP PELAJAR LAINNYA DAN LINGKUNGAN SEKOLAH
DI SD SARIPUTRA KOTA JAMBI DIPANDANG DENGAN FILSAFAT REALISME

1.      PENDAHULUAN
Potensi kecerdasan berhubungan dengan intelektual sedangkan bakat tidak hanya terbatas dengan kemampuan intelektual. Pendapat ini mula-mula dikemukakan oleh United Stated Of Education (Feldhusen, 1994). Bahwa anak berbakat adalah anak yang diidentifikasi oleh orang dengan kualifikasi profesional. Anak-anak yang telah mampu menunjukkan prestasinya dan atau berupa potensi kemampuan dibeberapa bidang seperti:
a.       kemampuan intelegensi umum.
b.      kemampuan akademik khusus( spesifik academik aptitude)
c.       berfikir produktif atau kreatif
d.      kemampuan kepemimpinan.
e.       kemampuan dibidang seni.
f.       kemampuan psikomotorik
Proses mengidentifikasi peserta didik cerdas, istimewa dilakukan dengan pendekatan multidimensional. Artinya kriteria yang digunakan lebih dari satu (bukan sekedar batasan yang digunakan peserta didik yang memiliki dimensi kemampuan pada tarap cerdas ditetapkan skor IQ 130 ke atas dengan pengukuran menggunakan skala wechsler). Selain itu juga ada anak cerdas istimewa yang memiliki kesenjangan tinggi diantara domain kemampuannya berdasarkan tes-tes kecerdasan yang baku, prestasi maupun bakat dengan ketimpangan kemampuan kognisi dan kemampuan adaptif serta prestasi dilapangan.

2.      PEMBAHASAN
Pada dasarnya realisme merupakan filsafat yang memandang realitas secara dualitas. Realitas berbeda dengan materialisme dan idealisme yang bersifat monistis. Realisme berpendapat bahwa hakikat realitas ialah terdiri atas dunia fisik dan dunia rohani. Realisme membagi realitas menjadi dua bagian yaitu subjek yang menyadari dan mengetahui di satu pihak, dan dipihak lainnya adalah adanya realita di luar manusia, yang dapat dijadikan sebagai objek pengetahuan manusia.

FENOMENA KORUPSI DI INDONESIA DARI SUDUT PANDANG FILSAFAT IDEALISME,MATERIALISME, DAN PRAGMATISME

Bab I. Pendahuluan
*       
1.1 Latar Belakang masalah
Sebagian orang menyatakan bahwa korupsi di Indonesia sudah membudaya dan telah merasuki seluruh sendi-sendi kehidupan bangsa. Sebagian lain menyatakan bahwa korupsi belum membudaya, walaupun harus diakui korupsi telah sangat meluas. Sebuah laporan Bank Dunia (Bank Dunia, 2003 : 42), mengungkapkan bahwa Indonesia memiliki reputasi yang buruk dari segi korupsi dan menjadi salah satu negara terkorup di dunia. Bahkan dari laporan Bank Dunia itu (Ibid : 50), menemukan bahwa korupsi di Indonesia memiliki akar panjang ke belakang yaitu sejak jaman VOC sebelum tahun 1800, dan praktek itu berlanjut sampai masa-masa pasca kemerdekaan. Dari masa inilah Indonesia mewarisi praktek-praktek seperti membayar untuk mendapatkan kedudukan di pemerintahan, mengharapkan pegawai-pegawai menutup biaya di luar dari gaji mereka dan lain-lain.
Pada masa Orde Baru yaitu selama 1967-1998, praktek korupsi ini mendapat dukungan dan kesempatan luas pada masa itu yaitu dengan memberikan dukungan kepada pengusaha-pengusaha besar, membangun konglomerat-konglomerat baru dan memberikan kemudahan-kemudahan serta fasilitas, bahkan memberikan kesempatan kepada para pengusaha dan kroni Presiden untuk mempengaruhi politisi dan birokrat.
Sejak lepasnya pemerintahan Orde Baru, masalah pemberantasan korupsi belum juga diselesaikan dengan baik. Niat untuk memberantas korupsi cukup kuat. Berbagai peraturan dan reformasi perundang-undangan tentang korupsi dilahirkan, tapi tidak membawa hasil yang memadai. Bahkan banyak korupsi baru yang terungkap justeru terjadi setelah masa reformasi. Fenomena ini membuat kita bertanya kembali dari sisi filsafat, sebenarnya apa yang terjadi dengan korupsi, mungkinkah kita salah mengartikan tentang mana yang dianggap korupsi dan mana yang tidak korupsi. Makalah singkat ini akan mengkaji kembali dari sudut pandang filsafat ilmu tentang fenomena korupsi di Indonesia.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah :
1.    Apakah yang dimaksud dengan korupsi?
2.    Bagaimanakah Filsafat idealisme dalam memandang korupsi di Indonesia?
3.    Bagaimanakah Filsafat Materialisme dalam memandang korupsi di Indonesia?
4.    Bagaimanakah Filsafat Pragmatisme dalam memandang korupsi di Indonesia?
1.3 Batasan Masalah
Dalam penulisan makalah ini penulis membatasi permasalahan yang berkenaan dengan “fenomena Korupsi Di Indonesia Dari Sudut Pandang Filsafat idealisme,materialisme, dan pragmatisme”.
1.4 Tujuan Penulisan
Penulisan makalah ini bertujuan menjelaskan :
1.    Pengertian Korupsi
2.    Filsafat idealisme dalam memandang korupsi di Indonesia
3.    Filsafat Materialisme dalam memandang korupsi di Indonesia
4.    Filsafat Pragmatisme dalam memandang korupsi di Indonesia.

Bab II Pembahasan
2.1 Pengertian Korupsi
Menurut Baharuddin Lopa (Baharuddin Lopa & Moh. Yamin, 1987 : 6), pengertian umum tentang tindak pidana korupsi adalah suatu tindak pidana yang berhubungan dengan perbuatan penyuapan dan manipulasi serta perbuatan-perbuatan lain yang merugikan atau dapat merugikan keuangan atau perekonomian negara, merugikan kesejahteraan dan kepentingan rakyat. Undang-undang pemberantasan tindak pidana korupsi (UU 31/1999), memberi pengertian tentang tindak pidana korupsi adalah “
Kedua pengertian tersebut hanyalah dapat dimengerti dengan baik oleh para ahli hukum atau pejabat dalam bidang hukum. Kalangan awam menganggap bahwa pengertian korupsi bisa jauh lebih luas dari itu, yaitu segala perbuatan tercela yang dilakukan oleh pejabat dan pegawai negeri yang terkait dengan kekayaan negara. Apakah perbuatan itu merugikan negara atau tidak, hal itu bukanlah persoalan utama.
Untuk mengkaji lebih jauh, kita merujuk pada apa yang dimaksud korupsi dalam undang-undang mengenai pemberantasan tindak pidan korupsi. Beberapa kata kunci yang merupakan unsur tindak pidana yang perlu didalami yaitu kata-kata: perbuatan”, “melawan hukum”, memperkaya diri sendiri atau orang lain”, merugikan keuangangan/perekonomian negara”, “menyalahgunakan wewenang, kesempatan atau sarana yang ada padanya,menguntungkan diri sendiri atau orang lain”.

http://www.solvo.co.id/blog/

silahkan mengakses tampilan yang ada di layar monitor ini!

rancangan pembuatan buku pendidikan agama Buddha untuk sekolah dasar. yang terlihat di atas adalah halaman depan buku dan halaman belakang buku. adapun gambaran cover buku di atas telah dijadikan sebagai lampiran tesis.