Selasa, 04 Agustus 2020

PELAJARAN 2 : Dasa Paramita (Bala dan Jhana Paramita)

Pertemuan 5
Bala dan Jhana Paramita

Syair dhammapada: Kodha Vagga; 223:
Kalahkan kemarahan dengan cinta kasih, dan kalahkan kejahatan dengan kebajikan.
Kalahkan kekikiran dengan kemurahan hati, dan kalahkan kebohongan dengan kejujuran.

Kisah Bhikkhu Dhammika

Dhammika tinggal di Savatthi bersama istrinya. Suatu hari, ia berkata kepada istrinya yang sedang hamil bahwa ia berkeinginan untuk menjadi seorang bhikkhu. Istrinya memohon kepadanya untuk menunggu sampai kelahiran anak mereka. Ketika anak tersebut lahir, ia kembali meminta kepada istrinya untuk memperbolehkannya pergi. Sekali lagi istrinya memohon kepadanya untuk menunggu sampai anak tersebut dapat berjalan.

Kemudian Dhammika berkata kepada dirinya sendiri, “Tidak ada gunanya bagiku meminta persetujuan dari istriku untuk menjadi bhikkhu, saya harus berjuang untuk kebebasanku sendiri!” Setelah membuat keputusan teguh, ia meninggalkan rumahnya untuk menjadi seorang bhikkhu. Sang Buddha memberikan objek meditasi kepadanya, dan ia mempraktekkan meditasi dengan sungguh-sungguh dan rajin, tak lama kemudian ia menjadi seorang arahat.

Beberapa tahun setelah itu, beliau menengok rumahnya dengan maksud untuk mengajarkan Dhamma kepada istri dan anaknya. Anaknya menjadi bhikkhu dan kemudian mencapai tingkat kesucian arahat. Sang istri kemudian berkata, “Sekarang suami dan anakku telah meninggalkan rumah, saya lebih baik pergi juga.” Dengan dasar pertimbangan kata-kata tersebut, ia juga meninggalkan rumah dan menjadi bhikkhuni, dan akhirnya mencapai tingkat kesucian arahat juga.

Dalam pertemuan para bhikkhu, Sang Buddha mengatakan bagaimana Dhammika menjadi seorang bhikkhu dan mencapai tingkat kesucian arahat, bagaimana Dhammika berupaya membuat anak dan istrinya menjadi arahat juga. Kepada mereka Sang Buddha bersabda, “Para bhikkhu, orang bijaksana tidak menginginkan kekayaan dan kemakmuran yang diperoleh dengan cara tidak benar. Apakah hal itu dilakukan demi dirinya sendiri atau demi orang lain. Ia hanya bekerja untuk tujuan membebaskan dirinya dari roda tumimbal lahir (samsara) dengan cara memahami Dhamma dan hidup sesuai dengan Dhamma.”

Kemudian Sang Buddha membabarkan syair 84 berikut ini:
Seseorang yang arif tidak berbuat jahat demi kepentingannya sendiri ataupun orang lain, demikian pula ia tidak menginginkan anak, kekayaan, pangkat atau keberhasilan dengan cara yang tidak benar.
Orang seperti itulah yang sebenarnya luhur, bijaksana, dan berbudi.

A.    Bala Paramita
Bala Paramita adalah kesempurnaan mengenai kekuatan atau kemampuan. Bala merupakan kekuatan Bodhisatva yang ditunjukkan dengan meningkatkan kemauan, pemikiran, kebijaksanaan, praktik, kesabaran, dan pengetahuannya.

B.    Jhana Paramita
Jhana Paramita adalah kesempurnaan mengenai pengetahuan. Hampir sama dengan prajna tapi jhana lebih mengacu pada pengetahuan intelektual,sedangkan prajna mengacu pada intuisi, atau pengetahuan yang didapat dari pengalaman.

Dasa Paramita
  1. Dana-Paramita: Kemurahan hati Berbagi kepada sesama dan tidak melekat dengan apa yang dimiliki atau serakah.
  2. Sila-Paramita: Berbudi baik dan menjalankan moralitas (Pancasila Buddhis dan diatasnya)
  3. Nekkhama-Paramita: Pelepasan Keduniawian atau Ikhlas dalam menjalani hidup bukan meratapi nasib ataupun takdir.
  4. Panna-Paramita: Kebijaksanaan dalam bertindak maupun mengambil keputusan.
  5. Viriya-Paramita: Semangat dalam menjalani kehidupan
  6. Khanti-Paramita: Kesabaran dalam melewati rintangan dan godaan dalam lingkaran samsara.
  7. Sacca-Paramita: Kebenaran atau kejujuran dalam berucap dan bertindak.
  8. Adhittana-Paramita: Kebulatan tekad dalam mencapai mimpi dan harapan.
  9. Metta-Paramita: Cinta Kasih atau berbagi kebahagian secara menyeluruh (universal)
  10. Upekkha-Paramita: Keseimbangan Batin atau tidak goyah layaknya batu karang

Sad Paramitha adalah enam jalan keutamaan untuk menuju keluhuran. sad paramita terdiri dari: 

1.       Dana Paramitha artinya memberi dana atau sedekah baik berupa material maupun spiritual.

2.       Sila Paramitha artinya berpikir, berkata dan berbuat yang baik, suci dan luhur.

3.       Ksanti Paramitha pikiran tenang, tahan terhadap penghinaan dan segala penyebab sakit, terhadap orang dengki atau perbuatan tak benar dan kata-kata yang tidak baik.

4.       Wirya Paramitha artinya pikiran, kata-kata dan perbuatan yang teguh, tetap dan tidak berobah, tidak mengeluh terhadap apa yang dihadapi. Jadi yang termasuk Wirya Paramita ini adalah keteguhan pikiran (hati), kata-kata dan perbuatan untuk membela dan melaksanakan kebenaran.

5.       Dhyana Paramitha artinya niat mempersatukan pikiran untuk menelaah dan mencari jawaban atas kebenaran. Juga berarti pemusatan pikiran, terutama kepada Hyang Widhi dan cita-cita luhur untuk keselamatan.

6.       Pradnya Paramitha artinya kebijaksaanaan dalam menimbang-nimbang suatu kebenaran.

Penjabaran mengenai Dasa Paramita

1. Dana: beramal, bermurah hati atau berderma. Dana ini dibagi menjadi empat yaitu; Amisedana: dana yang diberikan dalam bentuk materi, atau barang seperti uang, pakaian, bahan kebutuhan pokok, dsb, Dhammadana; beramal kebajikan yang diberikan dengan melaksanakan dan memberikan penerangan dhamma melalui kotbah. Dhammadesana merupakan amal kebajikan atau dana yang tertinggidan paling besar jasa dan pahalanya. Buddha bersabda “Sabbadanam Dhammadanam Jinati” artinya pengorbanan dan amal kebajikan yang tertinggi adalah persembahan kebenaran dhamma. Atidana yaitu mengorbankan ke kepentingan diri sendiri untuk mencapai cita-cita yang luhur, demi kepentingan umat manusia, contohnya usaha Pangeran Siddharta. Mahatidana yaitu amal kebajikan berupa pengorbanan jiwa  dan raga untuk mencapai cita-cita luhur, contohnya para pahlawan. (donor darah, ginjal, kornea mata, sum-sum tulang)

2. Sila: kemoralan, hidup dengan melaksanakan sila, hidup bersusila, melakukan perbuatan, ucapan dan mata pencaharian benar. Ada beberapa tingkatan sila, sesuai dengan orang yang melaksankannya, yaitu Pancasila, Buddhis; sila yang dilaksanakan oleh upasaka dan upasika dalam kehidupan sehari-hari. (sila umat awam), Atthasila, yaitu sila yang dilaksanakan oleh upasaka dan upasika pada hari-hari tertentu contohnya pada bulan gelap dan bulan terang, tanggal 1 dan 15 menurut lunar kalender. Dasasila dan Majjhimmasila: sila yang dijalankan oleh Samanera dan Samaneri. Patimokhasila: sila utama yang tertinggi tingkatannya dibadingkan sila lainnya. Menurut naskah pali, bagi mazab Theravada terdiri dari 227 sila dan menurut naskah sansekerta, untuk Bhikkhu mazab Mahayana terdiri dari 250 Sila.

3. Nekkhama: Menghindari diri dari nafsu indra. Sebagai umat Buddha sedapat mungkin mengendalikan indria kita. Nafsu kalau di turuti tidak ada puas-puasnya. Mengendalikan mata, mengendalikan telinga dan sebagainaya.

4. Panna: kebijaksanaan, mengetahui sebab dan akibat, mengerti keadaan dan sesuatu berdasarkan kebenaran. Melihat proses kehidupan ini dengan bijak, misalnya melihat keadaan diri kita atau orang lain yang menderita tanpa menyalahkan siapapun.

5. Viriya : berusaha dengan sekuat tenaga, tidak takut akan rintangan. Rintangan adalah sebagai cambuk untuk maju. Semangat adalah modal untuk menjalani hidup ini, bekerja keras.

6. Khanti adalah kesabaran. Sabar dalam menghadapi segala sesuatu. Mampu mengendalikan pikiran, sehingga kita bebas dari kekotoran batin.

7. Sacca adalah kebenaran,  benar dalam perbuatan, perkataan dan pikiran.

8. Adhitthana adalah tekad yang mantap, memutuskan sesuatu dengan tepat, dan berbuat sesuatu selesai pada waktunya. Tidak menunda-nunda pekerjaan.

9. Metta adalah cinta kasih tanpa keinginan memiliki, cinta kasih yang ditujukan kepada semua makhluk (31 alam kehidupan) tanpa membedakan bangsa, ras, agama dan sebagainya (cinta kasih yang universal)

10.Upekkha adalah batin yang tak tergoyahkan, batin yang terarah pada kebenaran Dhamma. Titik keseimbangan, tidak terpengaruh pada hal yang positif maupun yang negatif.


kn

Tidak ada komentar:

Posting Komentar