Sabtu, 26 Juli 2025

Buddha Sakyamuni

Buddha Sakyamuni

Buddha adalah gelar yang berarti "Yang Sadar" atau " Yang Tercerahkan" dan digunakan untuk merujuk pada seseorang yang telah mencapai penerangan sempurna dan memahami kebenaran sejati. Konsep Buddha muncul dalam berbagai tradisi agama dan filsafat yang berkembang dari ajaran-ajaran India kuno, terutama dalam agama Buddha. Seorang Buddha adalah seseorang yang telah mengatasi keinginan, kebodohan, dan penderitaan, serta mencapai keadaan Nibbana, yaitu kebebasan dari siklus kelahiran dan kematian yang disebut samsara. Gelar ini tidak hanya merujuk pada sesorang, namun juga dapat diberikan kepada siapa saja yang mencapai tingkat pencerahan yang sama.

Dalam tradisi Buddhis, Buddha digambarkan memiliki 32 Tanda Mahapurisa (Mahāpurisa), yang merupakan ciri-ciri fisik seorang manusia agung atau makhluk tercerahkan. Tanda-tanda ini melambangkan kualitas spiritual dan kebijaksanaan yang luar biasa. Berikut ini adalah 32 tanda Mahapurisa: TABEL 32 TANDA MAHAPURISA

TABEL 32 TANDA MAHAPURISA

1.      Telapak kaki rata (suppatitthita-pado). Ini merupakan satu lakkhana dari Maha Purissa.

2.      Pada telapak kakinya terdapat cakra dengan seribu ruji, lingkaran dan pusat dalam bentuk sempurna.

3.      Tumit yang bagus (ayatapanhi).

4.       Jari-jari panjang (digha-anguli)

5.       Tangan dan kaki yang lembut serta halus (mudutaluna).

6.       Kulitnya bagaikan perunggu berwarna emas (suvannavanno)

7.       Kulitnya sangat lembut dan halus / sehingga tidak ada debu yang dapat melekat pada kulit

8.       Pada setiap pori kulit ditumbuhi sehelai bulu roma.

9.       Rambut yang tumbuh pada pori-pori berwarna biru-hitam.

10.   Potongan tubuh yang agung (brahmuiu-gatta).

11.   Tujuh tonjolan (sattussado), yaitu pada kedua tangan, kedua kaki, kedua bahu dan badan.

12.   Dada bagaikan dada singa (sihapubbaddha kayo).

13.   Pada kedua bahunya tak ada lekukan (citantaramso).

14.   Tinggi badan sama dengan panjang rentangan kedua tangan, bagaikan pohon (beringin), Nigroda.

 

15.   Tangan dan kaki bagaikan jala (jala- hattha-pado).

16.   Pergelangan kaki yang agak tinggi (ussankha-pado).

17.   Kaki yang bagaikan kaki kijang (enijanghi)

18.   Kedua tangan dapat menyentuh atau menggosok kedua lutut tanpa membungkukkan badan.

19.   Kemaluan terbungkus selaput

20.   (kosohitavattha-guyho).

21.   Dada yang sama lebarnya (samavattakkhandho).

22.   Indera perasa sangat peka (rasaggasaggi).

23.   Rahang bagaikan rahang singa (siha- banu).

24.   Empat puluh buah gigi (cattarisa-danto).

25.   Gigi-geligi rata (sama-danto).

26.   Antara gigi-gigi tak ada celah (avivara- danto).

27.   Gigi putih bersih (susukka-datho).

28.   Lidah panjang (pahuta-jivha).

29.   Suara bagaikan suara-brahma, seperti suara burung Karavika.

30.   Mata biru (abhinila netto).

31.   Bulu mata lentik, bagaikan bulu mata sapi (gopakhumo).

32.   Di antara alis-alis mata tumbuh sehelai rambut halus, putih bagaikan kapas yang lembut. Kepala bagaikan berserban (unhisasiso).

 

Sumber: Digha Nikaya IV,2: Lakkhana Sutta (Lakkhana Sutta - Samaggi Phala (samaggi-phala.or.id)

Buddha yang dikenal di masa sekarang adalah Buddha Sakyamuni. Buddha Sakyamuni juga dikenal sebagai Siddhartha Gatama atau Buddha Sakyamuni yang merupakan pendiri agama Buddha yang hidup sekitar abad ke-5 hingga ke-4 SM. Di masa sekarang, sosok Buddha Sakyamuni dihormati sebagai guru spiritual terbesar yang memberikan ajaran mendalam tentang pencerahan, kebijaksanaan, dan belas kasih. Meskipun Buddha Sakyamuni hidup lebih dari 2500 tahun yang lalu, ajarannya tetap relevan dan terus diaplikasikan dalam kehidupan modern.

Buddha Sakyamuni lahir sebagai pangeran di kerajaan Kapilavastu (sekarang di Nepal) dan menjalani kehidupan mewah hingga ia meninggalkan istana pada usia 29 tahun untuk mencari makna hidup yang lebih dalam. Setelah bertahun-tahun melakukan pencarian spiritual, meditasi, dan asketisme, Siddhartha mencapai pencerahan di bawah pohon Bodhi di Bodh Gaya, India.

Pencerahan ini memberinya wawasan mendalam tentang sifat sejati eksistensi dan cara mengatasi penderitaan. Ajaran Buddha Sakyamuni, yang dikenal sebagai Dhamma, yang berpusat pada Empat Kebenaran Mulia dan Jalan Mulia Berunsur Delapan. Empat Kebenaran Mulia mengidentifikasi penderitaan, penyebab penderitaan, akhir penderitaan, dan jalan menuju akhir penderitaan. Jalan Mulia Berunsur Delapan memberikan panduan praktis untuk menjalani kehidupan yang bermoral, penuh perhatian, dan bijaksana. Ajaran-ajaran ini dirancang untuk membantu individu mencapai Nibbana, yaitu kebahagiaan tertinggi yang dicirikan dengan kebebasan dari siklus kelahiran kembali dan penderitaan.

Buddha sebagai sosok yang telah mencapai pencerahan sempurna, memiliki kebijaksanaan dan belas kasih yang mendalam. Kebijaksanaan Buddha tidak hanya mencakup pemahaman yang dalam tentang sifat sejati kehidupan dan cara mengatasi penderitaan, tetapi juga kemampuan untuk melihat dengan jernih dan tanpa pengecualian. Sifat belas kasihnya mencakup cinta kasih yang universal terhadap semua makhluk, yang mendorongnya untuk mengajar dan membimbing orang lain menuju kebebasan dari kelahiran kembali. Jiwa Bodhisattva, yang merupakan aspirasi untuk mencapai pencerahan demi kebahagiaan semua makhluk, tercermin dalam dedikasi Buddha untuk membantu orang lain mencapai pencerahan dan mengatasi penderitaan mereka sendiri. Dalam diri manusia, jiwa Bodhisattva mendorong untuk bertindak dengan kasih sayang, kebijaksanaan, dan empati, mengikuti teladan Buddha dalam menciptakan kedamaian dan kesejahteraan bagi semua.

 

Referensi:

Bhikkhu Ñāṇamoli. (1972). The Life of the Buddha: According to the Pali Canon. Kandy: Buddhist Publication Society.

Digha Nikaya IV,2: Lakkhana Sutta (Lakkhana Sutta - Samaggi Phala (samaggi-phala.or.id) Gambar Buddha diakses pada link https://www.ebay.com/

Mukti, Krishnanda Wijaya. (2003). Wacana Buddha-Dharma. Jakarta: Yayasan Dharma Pembangunan.


Disampaikan : Dhamma Class SMB Sakyakirti Jambi, Minggu 27 Juli 2025

Oleh: Suwito, S.Ag., M.Pd., Gr.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar