Buddha Sakyamuni
Buddha adalah gelar yang berarti "Yang Sadar" atau " Yang Tercerahkan" dan digunakan untuk merujuk pada seseorang yang telah mencapai penerangan sempurna dan memahami kebenaran sejati. Konsep Buddha muncul dalam berbagai tradisi agama dan filsafat yang berkembang dari ajaran-ajaran India kuno, terutama dalam agama Buddha. Seorang Buddha adalah seseorang yang telah mengatasi keinginan, kebodohan, dan penderitaan, serta mencapai keadaan Nibbana, yaitu kebebasan dari siklus kelahiran dan kematian yang disebut samsara. Gelar ini tidak hanya merujuk pada sesorang, namun juga dapat diberikan kepada siapa saja yang mencapai tingkat pencerahan yang sama.
Dalam tradisi Buddhis, Buddha
digambarkan memiliki 32 Tanda Mahapurisa (Mahāpurisa), yang merupakan ciri-ciri
fisik seorang manusia agung atau makhluk tercerahkan. Tanda-tanda ini
melambangkan kualitas spiritual dan kebijaksanaan yang luar biasa. Berikut ini
adalah 32 tanda Mahapurisa: TABEL 32 TANDA MAHAPURISA
TABEL 32 TANDA MAHAPURISA |
|
1.
Telapak kaki rata (suppatitthita-pado).
Ini merupakan satu lakkhana dari Maha Purissa. 2.
Pada telapak kakinya terdapat cakra dengan
seribu ruji, lingkaran dan pusat dalam bentuk sempurna. 3.
Tumit yang bagus (ayatapanhi). 4.
Jari-jari
panjang (digha-anguli) 5.
Tangan dan kaki
yang lembut serta halus (mudutaluna). 6.
Kulitnya
bagaikan perunggu berwarna emas (suvannavanno) 7.
Kulitnya sangat
lembut dan halus / sehingga tidak ada debu yang dapat melekat pada kulit 8.
Pada setiap
pori kulit ditumbuhi sehelai bulu roma. 9.
Rambut yang
tumbuh pada pori-pori berwarna biru-hitam. 10.
Potongan tubuh
yang agung (brahmuiu-gatta). 11.
Tujuh tonjolan
(sattussado), yaitu pada kedua tangan, kedua kaki, kedua bahu dan
badan. 12.
Dada bagaikan
dada singa (sihapubbaddha kayo). 13.
Pada kedua
bahunya tak ada lekukan (citantaramso). 14.
Tinggi badan
sama dengan panjang rentangan kedua tangan, bagaikan pohon (beringin),
Nigroda.
|
15.
Tangan dan kaki bagaikan jala (jala- hattha-pado). 16.
Pergelangan kaki yang agak tinggi (ussankha-pado). 17.
Kaki yang bagaikan kaki kijang (enijanghi) 18.
Kedua tangan
dapat menyentuh atau menggosok kedua lutut tanpa membungkukkan badan. 19.
Kemaluan
terbungkus selaput 20.
(kosohitavattha-guyho).
21.
Dada yang sama
lebarnya (samavattakkhandho). 22.
Indera perasa
sangat peka (rasaggasaggi). 23.
Rahang bagaikan
rahang singa (siha- banu). 24.
Empat puluh
buah gigi (cattarisa-danto). 25.
Gigi-geligi
rata (sama-danto). 26.
Antara
gigi-gigi tak ada celah (avivara- danto). 27.
Gigi putih
bersih (susukka-datho). 28.
Lidah panjang (pahuta-jivha).
29.
Suara bagaikan
suara-brahma, seperti suara burung Karavika. 30.
Mata biru (abhinila
netto). 31.
Bulu mata
lentik, bagaikan bulu mata sapi (gopakhumo). 32.
Di antara
alis-alis mata tumbuh sehelai rambut halus, putih bagaikan kapas yang lembut.
Kepala bagaikan berserban (unhisasiso). |
Sumber: Digha Nikaya IV,2:
Lakkhana Sutta (Lakkhana Sutta - Samaggi Phala (samaggi-phala.or.id)
Buddha yang dikenal di masa
sekarang adalah Buddha Sakyamuni. Buddha Sakyamuni juga dikenal sebagai
Siddhartha Gatama atau Buddha Sakyamuni yang merupakan pendiri agama Buddha
yang hidup sekitar abad ke-5 hingga ke-4 SM. Di masa sekarang, sosok Buddha Sakyamuni
dihormati sebagai guru spiritual terbesar yang memberikan ajaran mendalam
tentang pencerahan, kebijaksanaan, dan belas kasih. Meskipun Buddha Sakyamuni
hidup lebih dari 2500 tahun yang lalu, ajarannya tetap relevan dan terus
diaplikasikan dalam kehidupan modern.
Buddha Sakyamuni lahir sebagai
pangeran di kerajaan Kapilavastu (sekarang di Nepal) dan menjalani kehidupan
mewah hingga ia meninggalkan istana pada usia 29 tahun untuk mencari makna
hidup yang lebih dalam. Setelah bertahun-tahun melakukan pencarian spiritual,
meditasi, dan asketisme, Siddhartha mencapai pencerahan di bawah pohon Bodhi di
Bodh Gaya, India.
Pencerahan ini memberinya wawasan
mendalam tentang sifat sejati eksistensi dan cara mengatasi penderitaan. Ajaran
Buddha Sakyamuni, yang dikenal sebagai Dhamma, yang berpusat pada Empat
Kebenaran Mulia dan Jalan Mulia Berunsur Delapan. Empat Kebenaran Mulia
mengidentifikasi penderitaan, penyebab penderitaan, akhir penderitaan, dan
jalan menuju akhir penderitaan. Jalan Mulia Berunsur Delapan memberikan panduan
praktis untuk menjalani kehidupan yang bermoral, penuh perhatian, dan
bijaksana. Ajaran-ajaran ini dirancang untuk membantu individu mencapai
Nibbana, yaitu kebahagiaan tertinggi yang dicirikan dengan kebebasan dari
siklus kelahiran kembali dan penderitaan.
Buddha sebagai sosok yang telah
mencapai pencerahan sempurna, memiliki kebijaksanaan dan belas kasih yang
mendalam. Kebijaksanaan Buddha tidak hanya mencakup pemahaman yang dalam
tentang sifat sejati kehidupan dan cara mengatasi penderitaan, tetapi juga kemampuan
untuk melihat dengan jernih dan tanpa pengecualian. Sifat belas kasihnya
mencakup cinta kasih yang universal terhadap semua makhluk, yang mendorongnya
untuk mengajar dan membimbing orang lain menuju kebebasan dari kelahiran
kembali. Jiwa Bodhisattva, yang merupakan aspirasi untuk mencapai pencerahan
demi kebahagiaan semua makhluk, tercermin dalam dedikasi Buddha untuk membantu
orang lain mencapai pencerahan dan mengatasi penderitaan mereka sendiri. Dalam
diri manusia, jiwa Bodhisattva mendorong untuk bertindak dengan kasih sayang,
kebijaksanaan, dan empati, mengikuti teladan Buddha dalam menciptakan kedamaian
dan kesejahteraan bagi semua.
Referensi:
Bhikkhu Ñāṇamoli.
(1972). The Life of the Buddha: According to the Pali Canon. Kandy:
Buddhist Publication Society.
Digha Nikaya
IV,2: Lakkhana Sutta (Lakkhana Sutta - Samaggi Phala (samaggi-phala.or.id)
Gambar Buddha diakses pada link https://www.ebay.com/
Mukti,
Krishnanda Wijaya. (2003). Wacana Buddha-Dharma. Jakarta: Yayasan Dharma
Pembangunan.
Disampaikan : Dhamma Class SMB Sakyakirti Jambi, Minggu 27 Juli 2025
Oleh: Suwito, S.Ag., M.Pd., Gr.